SPIRITUAL ENLIGHTENMENT

- 30 Mei 2023, 08:02 WIB
Said Muniruddin
Said Muniruddin /Dok. Warta Lombok/Said Muniruddin

Orang-orang “terjaga” adalah orang-orang yang jiwa/ruhnya telah “rujuk” dengan Allah. Bagi mereka, Allah bukan lagi wujud gaib. Malah bisa diajak berkata-kata. Allah telah menjadi sahabat dan teman bicara. Karena itu ada istilah “Kalamullah”, “Khalilullah” atau “Ruhullah” dalam Quran. Semua ini istilah untuk merujuk kepada orang-orang yang telah “terjaga” (tercerahkan). Mereka mampu berkomunikasi secara efektif dengan Allah.

Nabi kita bisa melihat para malaikat. Bisa berjumpa dengan (ruh) para nabi sebelumnya. Juga dapat bertemu dengan Allah. Itu terjadi dalam keadaan terjaga, bukan dalam kondisi tertidur atau halusinasi.

Level keterjagaan spiritual bertingkat-tingkat. Yang terendah adalah halusinasi. Salah satunya adalah suka menghayal. Termasuk menghayal yang jorok-jorok (porn). Halusinasi adalah salah satu bentuk “kebutaan spiritual” (spiritual blindness). Selain itu ada prasangka, iri, dengki, was-was; sampai kepada aneka bentuk ego dan arogansi sejenis. Semua itu wujud yang muncul dari kegelapan spiritual.

Selain itu, ada juga orang yang punya ‘keterjagaan’ spiritual. Mata batinnya terbuka. Namun hanya mampu menjangkau entitas-entitas ruhani yang kotor. Mental dan penglihatannya mentok di alam jabarut yang penuh makhluk halus yang buruk rupa. Itu bukan spiritual enlightenment. Ini “rabun spiritual”. Kesadaran jiwanya terjebak di alam bayang-bayang.

Baca Juga: Terungkap! Berikut Manfaat dan Khasiat Jus Buah Belimbing untuk Kesehatan Tubuh

Sementara, orang-orang tercerahkan (enlightened), visinya tembus ke langit. Kesadarannya masuk ke alam malakut dan rabbani. Tidak terjebak di alam jin, iblis dan setan. Dalam keadaan sadar mereka dapat terkoneksi dengan wujud-wujud yang bernilai tinggi. Mereka mampu menjangkau informasi dan kebenaran dari sumber-sumber yang halus dan suci.

“Alertness” (Muraqabah/Gemerincing Lonceng)

Sedikit yang punya “kesadaran mukasyafah” (gamma consciousness), yang visinya tembus ke langit. Karena, umumnya manusia, kesadarannya belum tinggi. Masih tertidur, belum teraktivasi. Seperti tersebut dalam sebuah hadis dari Imam Ali: “Manusia tertidur, kalau mati maka baru terjaga”:

الناس نيام فإذا ماتوا انتبهوا

Kita memang “terjaga” (awake) sepanjang hari. Bukankah mata kita selalu terbuka dari pagi sampai sore? Tapi, yang terjaga hanya mata biologis kita. Gelombang otak kita (brainwaves) aktif. Sedangkan gelombang ruhaniah (supraconscious wave) pasif. Kecerdasan kita masih “terhijab” oleh gelombang-gelombang rendah.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: https://saidmuniruddin.com/


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x