Tasawuf, Menyederhanakan Cara Beragama

- 1 Juni 2023, 18:18 WIB
Said Muniruddin
Said Muniruddin /Dok. Warta Lombok/Said Muniruddin

Oleh: Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic l Dosen Universitas Syiah Kuala – Banda Aceh

WARTA LOMBOK - Bismillahirahmanirrahim, Kalau harus dengan menghafal sifat 20, baru kemudian seseorang dapat dikatakan bertauhid, itu berarti Anda sedang menganut sebuah agama yang berat. Konon lagi, setelah Anda hafal semua itu, Tuhan juga tidak pernah bisa dijumpai. Akhirnya, kerja kita hanya menghafal saja.

Begitu juga dengan Asmaul Husna. Kalau harus dengan ahli dalam menghafal 99 Nama, lalu seseorang dikatakan dapat tiket ke surga; itu juga jenis agama yang sudah terlalu berat. Konon lagi, setelah Anda hafal semua itu, Allah tak pernah bisa ditemui. Kerja kita, lagi-lagi, hanya menghafal saja.

Baca Juga: SPIRITUAL ENLIGHTENMENT

Agama itu Sederhana

Islam itu sebenarnya sederhana. Cukup hanya tau satu Nama, lalu Anda terus memanggilnya dengan itu, lalu Dia datang. Itu baru agama. Simple dan efektif. Tidak bertele-tele. Tidak menghabiskan banyak waktu dan tanpa hasil.

Artinya, tidak harus menempuh pesantren 9 tahun untuk disebut telah mengenal Allah. Atau, tidak harus sampai kuliah S3 ke Mesir dan Madinah baru disebut ahli agama. Itu bukan lagi agama. Itu sebenarnya sudah masuk dalam ranah komersialisasi edukasi agama. Anda sudah disuruh antri dan rajin bayar SPP untuk menjadi orang beragama atau dapat titel “ulama”.

Agama yang asli, itu cukup hanya dengan malam ini masuk Islam, lalu 40 hari ke depan, dengan metodologi dan amalan tertentu yang sangat sederhana, Anda sudah berjumpa Tuhan. Tanpa harus menghafal banyak ayat atau membaca kitab. Tanpa bisa mengaji dan kenal satu huruf hijaiyah pun, Anda bisa berjumpa Tuhan sejak di dunia. Itu Islam yang sebenarnya. Mudah dan praktis. Itulah hakikat agama, simpel!

Allah itu sederhana. Begitu sederhananya Allah, sehingga ia bisa dijangkau oleh orang kampung yang tak pernah sekolah sekalipun. Nabi dan kaumnya, itu komunitas ummi, “bodoh”. Tidak membaca. Atau mungkin juga banyak yang tidak bisa membaca. Tidak ada kitab bacaan yang mereka punya untuk dikaji tiap malamnya, supaya cerdas dan mengenal Allah.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Web Said Muniruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x