Sejarah Tradisi Bau Nyale, Pengorbanan Putri Mandalika

- 2 Februari 2021, 09:10 WIB
Tradisi Bau Nyale di Lombok
Tradisi Bau Nyale di Lombok /Instagram/@habibullah_al_fatih

WARTA LOMBOK - Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah legenda yang dilestarikan di Gumi Selaparang/Lombok dan dijadikan pesta tahunan di Lombok Bagian Selatan. Bau artinya tangkap dan Nyale merupakan binatang sejenis cacing yang diyakini penjelmaan dari seorang putri.

Tradisi ini mulai dikembangkan sekitar abad ke-16 yaitu setelah sang putri mengambil keputusan untuk mengorbankan dirinya.

Suku sasak sampai saat ini masih tetap menghayati dan terus mendukung ragam budaya serta tradisi daerah yang dimilikinya.Salah satu tradisi suku sasak yaitu “Tradisi Bau Nyale” yang diwariskan oleh masyarakat suku sasak.

Baca Juga: Lotim Komitmen Wujudkan Program Internet Desa Pintar, Bupati: Ada Tiga Sasaran Pokok Kita

Awal mulanya dilakukan oleh masyarakat sasak di Lombok Tengah bagian selatan, namun sekarang sudah mulai dibudayakan oleh Lombok Timur bagian selatan dan Lombok Barat bagian selatan.

Adapun lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan Tradisi Bau Nyale adalah disepanjang Pantai Selatan Lombok mulai dari timur ke barat yaitu di Blowam, Jerowaru, Awang, Terasaq, Aan dan Seger serta Blongas.

Keberadaan Pesta Rakyat Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian Selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Cerita tersebut mengisahkan tentang seorang putri yang sangat arif dan bijaksana, namanya Putri Sarah Wulan atau Mandalika.Ia adalah putri dari seorang Raja yaitu Raja Tonjang Beru yang pernah memerintah di negeri Lombok.

Menginjak dewasa kecantikan sang putri itu terus tampak dan namanya diubah menjadi Putri Sarah Wulan (putri yang memiliki cahaya kejelitaan), Wajahnya yang elok, tubuhnya yang ramping dan perangainya yang baik, membuat para pangeran dari berbagai negeri berkeinginan untuk mempersunting sang putri, diantaranya pangeran Arya Rembitan, Pangeran Arya Bumbang, Pangeran Johor dan lain-lain.

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Essai Lalu Usman Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x