Nilai-nilai yang Terkandung pada Tradisi Bau Nyale

- 2 Februari 2021, 09:28 WIB
Ilustrasi Putri Mandalika
Ilustrasi Putri Mandalika /Instagram/@lombokguide

WARTA LOMBOK -  Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah legenda yang dilestarikan di Gumi Selaparang/Lombok dan dijadikan pesta tahunan di Lombok Bagian Selatan.

Bau artinya tangkap dan Nyale merupakan binatang sejenis cacing yang diyakini penjelmaan dari seorang putri. Tradisi ini mulai dikembangkan sekitar abad ke-16 yaitu setelah sang putri mengambil keputusan untuk mengorbankan dirinya.

Suku sasak sampai saat ini masih tetap menghayati dan terus mendukung ragam budaya serta tradisi daerah yang dimilikinya.Salah satu tradisi suku sasak yaitu “Tradisi Bau Nyale” yang diwariskan oleh masyarakat suku sasak.

Baca Juga: Sejarah Tradisi Bau Nyale, Pengorbanan Putri Mandalika

Awal mulanya dilakukan oleh masyarakat sasak di Lombok Tengah bagian selatan, namun sekarang sudah mulai dibudayakan oleh Lombok Timur bagian selatan dan Lombok Barat bagian selatan.

Adapun lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan Tradisi Bau Nyale adalah disepanjang Pantai Selatan Lombok mulai dari timur ke barat yaitu di Blowam, Jerowaru, Awang, Terasaq, Aan dan Seger serta Blongas.

Keberadaan Pesta Rakyat Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian Selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Legenda rakyat Putri Mandalika merupakan cerita teladan yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak dan masyarakat Indonesia sekarang ini.

Baca Juga: Sangkep Warige Bau Nyale Tahun 2021, Kiyai Adat: Nyale Akan Muncul Tanggal 3 Februari

Halaman:

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Essai Lalu Usman Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah