Ikuti Lomba TikTok Edukasi Kekerasan Seksual di Kampus, Mahasiswa FDIK UIN Mataram Raih Juara 1

27 Oktober 2023, 06:56 WIB
Foto Tim Peraih Juara 1 Lomba Video TikTok yang diselenggarakan oleh UIN Care /Dok. Warta Lombok/Dimas

WARTA LOMBOK – Kabar bahagia bagi seluruh civitas akademika Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, lantaran beberapa mahasiswa asal FDIK yang membentuk sebuah kelompok meraih juara 1 dalam Lomba Video TikTok bertemakan “Pencegahan Kekerasan Seksual di Kampus”, yang diselenggarakan oleh UIN Care melalui Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Mataram.

 

Pengumuman dan penyerahan hadiah bagi para juara Lomba Video TikTok disampaikan dalam kegiatan “Dialog Antar Generasi: Pencegahan Kekerasan Seksual dan Pernikahan Anak”, yang terlaksana di Gedung Teater Center UIN Mataram pada Rabu, 25 Oktober 2023.

Adapun sekelompok mahasiswa FDIK yang mendapatkan juara 1 dalam Lomba Video Tiktok tersebut, di antaranya ada Fenny Nuzulianti Efendi, M. Rozikul Khaer, dan Putri Khaerani yang merupakan mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), serta Japriani yang merupakan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).

Baca Juga: HMI Komisariat Dakwah UIN Mataram: Kuliah Umum Bersama Kaprodi dan Mahasiswa se-FDIK

Kampus sebagai Sarang Kekerasan Seksual

Rozikul Khaer atau yang akrab disapa Rozi menyampaikan bahwa, kampus hari ini dijadikan sebagai sarang terjadinya kekerasan seksual.

“Kampus adalah lingkungan intelektual, lingkungan orang-orang yang berpikir. Tapi yang kita lihat hari ini adalah, kampus dijadikan sebagai tempat atau sarang melecehkan seseorang,” ujar Rozi saat dihubungi melalui pesan WhatsApp pada Rabu, 25 Oktober 2023.

Ia juga menegaskan bahwa fenomena kekerasan seksual yang tengah marak terjadi di lingkungan kampus belakangan ini harus dilawan. Sebab kampus merupakan lingkungan yang berpendidikan, bukan tempat dilakukannya kekerasan seksual.

Baca Juga: Mahasiswa ‘Kupu-Kupu’: Jalan Kebahagiaan atau Penderitaan?

“Kampus yang katanya “berpikir sebelum mengklaim” tapi “mengklaim sebelum berpikir”. Kampus yang katanya lingkungan kaum berpendidikan tapi tempat untuk melecehkan seseorang. Jadi apaun yang menjadi permasalahan jika sudah masuk dalam pelecehan seksual kita harus lawan, karena itu adalah neraka bagi kita, itu adalah sama saja menghilangkan kemerdekaan dan kemanusiaan yang ada pada diri manusia itu sendiri,” tegasnya.

Peran Mahasiswa

Di sisi lain, Fenny Nuzulianti Efendi yang akrab disapa Fenny, menerangkan bahwa banyak sekali bentuk kekerasan seksual yang marak terjadi di lingkungan kampus belakangan ini, seperti cuit-cuitan di jalan, dan hal-hal lain yang membuat seseorang merasa tidak nyaman terhadap perilaku lawan jenisnya.

“Sebagai seorang mahasiswa sudah sebaiknya harus melawan yang namanya kekerasan seksual, terkhusus di wilayah kampus. Ada banyak sekali bentuk kekerasan seksual. Apabila korban merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu, maka bisa dikatakan sebagai kekerasan seksual. Misal, cuit-cuitan di jalan, menyentuh, dan lain-lain yang membuat korban merasa tidak nyaman,” terangnya.

Baca Juga: Mengenai Kebijakan Pemerintah Soal Tidak Diwajibkannya Skripsi, Rektor Unsoed Biarkan Mahasiswa Bebas Memilih

Dari fenomena tersebut, ia menyampaikan terkait dengan bagaimana peran mahasiswa yang seharusnya dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual di lingkungan kampus.

“Banyak hal yang bisa kita lakukan. Pertama, apabila kekerasan seksual terjadi pada diri pribadi jangan hanya diam. Beranilah untuk berbicara, beranilah untuk menegur, beranilah untuk membantah,” terang Fenny menjelaskan.

“Kemudian kedua, apabila kita melihat orang-orang, teman terdekat atau bahkan keluarga kita yang mengalami kekerasan seksual, kita sebagai mahasiswa harus mampu untuk membantu dan melaporkan kepada dosen ataupun lembaga terkait yang menangani kasus tersebut,” sambung Fenny.

Baca Juga: Nadiem Makarim : Mahasiswa Tak Perlu Pake Skripsi untuk Lulus, terus Pake Apa?

“Kemudian yang ketiga, mahasiswa sebagai agen of change yang harus mampu menanamkan sikap kepedulian terhadap sesama, harus mampu untuk menyuarakan. Banyak sekali kasus pelecehan di kampus yang dibiarkan begitu saja. Tidak berani menegur bahkan hanya melihat temannya dilecehkan,” tambahnya.

Selain itu, Fenny juga mengajak mahasiswa-mahasiswa lain agar terus belajar dan memperluas wawasannya tentang kekerasan seksual. “Maka dari itu mari sama-sama kita belajar dan memperluas wawasan tentang kekerasan seksual. Karena ini bukan persoalan sepele, akan tetapi menyangkut masa depan generasi penerus di masa yang akan datang,” ajaknya.

Perasaan Bahagia Sang Juara

Mendapatkan juara 1 merupakan prestasi yang sangat membahagiakan. Hal ini ditunjukkan oleh Japriani yang merasa sangat bahagia setelah ia dan kelompoknya mendapatkan juara 1 dalam Lomba Video TikTok yang diselenggarakan oleh UIN Care.

“Perasaan saya ketika diumumkan menang itu bahagia banget, dikarenakan saya dan tim gak terlalu berekspektasi tinggi mengenai kemenangan ini. Banyak vidio-vidio dari yang lain bagus tapi kami meyakinkan diri dari semalem bakalan menang entah itu juara 1, 2 atau 3. Tapi Alhamdulillah banget kita juara 1,” ucap Japriani.

Baca Juga: Menarik Kembali Kompas Kesadaran Mahasiswa

Ia juga memberikan kesan positif atas perjuangan tim yang sudah sangat luar biasa dalam memberikan edukasi tentang pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus.

“Kesan saya mengenai perjuangan tim sampai juara 1 itu dikarenakan kami yakin dengan pesan-pesan yang kami sampaikan di vidio itu bisa dijadikan edukasi bagi yang menonton. Di vidio itu tim kami mengedukasi mengenai pelecehan seksual dan bagaimana proses pelaporan pelecehan seksual di UIN Care itu sendiri. Tapi yang paling beda disediakan oleh Tim kami itu Tagline-nya yaitu “Stop Jadi Korban, Haram Jadi pelaku”,” tuturnya.***

Editor: Mamiq Alki

Tags

Terkini

Terpopuler