Keberhasilan Clubhouse, yang dapat menampung hingga 8.000 orang per ruang obrolan dan telah melihat diskusi antara Ketua Eksekutif Tesla Inc Elon Musk dan CEO Robinhood Vlad Tenev yang meningkatkan jumlah pengguna, yang juga telah mengungkap potensi layanan obrolan audio.
Tetapi aplikasi serupa di China diharapkan memiliki karakteristik China yang akan mengakomodasi sensor dan pengawasan pemerintah.
Salah satu contohnya adalah aplikasi Zhiya Lizhi Inc yang terdaftar di Nasdaq yang diluncurkan pada 2013 dan yang penggunanya biasanya berbicara tentang video game atau menyanyikan lagu.
Aplikasi ini membutuhkan registrasi nama asli, yang menurut CEO Lizhi, Marco Lai, adalah kunci di China.
Perusahaan juga mempekerjakan staf untuk mendengarkan percakapan di setiap ruangan dan menggunakan alat kecerdasan buatan untuk menyingkirkan konten yang ‘tidak diinginkan’, seperti pornografi atau masalah yang sensitif secara politik.
Aplikasi tersebut sempat dihapus oleh regulator China pada tahun 2019, tetapi diaktifkan kembali setelah Lizhi melakukan perbaikan.
Lai Lizhi mengatakan bahwa di luar politik ada banyak ruang untuk aplikasi obrolan audio di China.
“Orang dewasa di China tidak suka mengungkapkan pandangan mereka di depan umum, kami telah diajari untuk tetap rendah hati sejak kami masih muda,” kata nya, seperti yang dilansir wartalombok.com dari Reuters.