Menurut Data RSF, Ada 50 Jurnalis Terbunuh Sepanjang Tahun 2020

30 Desember 2020, 19:44 WIB
Ilustrasi* 50 jurnalis tercatat terbunuh sepanjang tahun 2020 /Unsplash/Fred Kearney

WARTA LOMBOK - Tercatat ada 50 jurnalis dan pekerja media terbunuh selama menjalani pekerjaan mereka, data tersebut adalah jurnalis yang tersebar di seluruh dunia.

Hal tersebut sesuai dengan data yang dirilis Reporters Without Borders (RSF) yang mengungkap jumlah tersebut adalah korban dari dunia jurnalis sepanjang tahun 2020. 

Tuntutan pekerjaan seorang jurnalis seringkali harus berhadapan dengan beragam risiko hingga menyangkut keselamatan terlebih lagi di daerah konflik.

Baca Juga: Pesta Tarian dan Alkohol di Masjid Musa, Pemerintah Palestina Saling Menyalahkan

Tak jarang jurnalis dan pekerja media di seluruh dunia yang kehilangan nyawa disaat mereka sedang melakukan liputan berita.

 

Dilansir Warta Lombok.com dari PR Bekasi melalui artikel "RSF Sebut Ada 50 Jurnalis Terbunuh dan 387 Dipenjara Sepanjang 2020", RSF menyatakan jika insiden tewasnya jurnalis tersebut justru terjadi di negara yag sedang tidak berperang.

Menurut RSF, ada peningkatan pembunuhan jurnalis dimana ditemukan fakta bahwa rangkaian pembunuhan ditargetkan pada wartawan yang menelusuri kasus-kasus yang bersifat sensitif.

"Pembunuh menyasar wartawan yang menyelidiki kejahatan terorganisir, korupsi atau masalah lingkungan," kata lembaga tersebut, dikutip oleh Asharq Al-Awsat pada Selasa, 29 Desember 2020.

Selanjutnya, RSF telah menyoroti banyaknya pembunuhan jurnalis di beberapa negara seperti Meksiko, India, dan Pakistan.

Sebanyak 84 persen dari mereka yang tewas tahun ini sengaja ditargetkan karena pekerjaan mereka. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 63 persen.

"Selama beberapa tahun sekarang, Reporters Without Borders telah mencatat bahwa jurnalis investigasi benar-benar berada di persimpangan negara, atau kartel," kata Pauline Ades-Mevel, Kepala RSF.

Baca Juga: Subhanallah! Cuaca Ekstrim Sebabkan Telur dan Mie Melayang di Udara, Fotonya Kini Viral

Diketahui, Meksiko merupakan negara paling mematikan, dengan ditemukannya delapan jurnalis tewas.

"Hubungan antara pengedar narkoba dan politikus tetap ada, dan jurnalis yang berani meliput ini atau masalah terkait terus menjadi sasaran pembunuhan biadab," kata laporan itu.

Tak satu pun dari pembunuhan di Meksiko yang dihukum, tambah RSF, yang telah mengumpulkan data tahunan tentang kekerasan terhadap jurnalis di seluruh dunia sejak 1995 silam.

Sementara, sebanyak lima jurnalis tewas di Afghanistan yang dilanda perang, lanjutnya, mencatat peningkatan serangan yang ditargetkan terhadap pekerja media dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan ketika pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban sedang berlangsung.

RSF juga menyoroti kasus tokoh oposisi Iran Ruhollah Zam, yang menjalankan saluran media sosial populer dan mengumpulkan penentang rezim. Ia telah dieksekusi beberapa hari lalu.

"Eksekusinya mengkonfirmasi rekor Iran sebagai negara yang secara resmi telah membunuh wartawan paling banyak dalam setengah abad terakhir," katanya.

Baca Juga: Perangi Covid-19, Jepang Kembangkan Teknologi GPS Pelacak WNA yang Masuk

Ades-Mevel mengatakan bahwa RSF juga mencatat tren kekerasan yang berkembang terhadap pekerja media yang meliput protes, terutama di Amerika Serikat setelah pembunuhan George Floyd, dan di Prancis melawan undang-undang keamanan baru yang kontroversial.

Jumlah total jurnalis yang tewas pada 2020 lebih rendah dari 53 yang dilaporkan pada 2019, meskipun RSF mengatakan lebih sedikit jurnalis yang bekerja di lapangan tahun ini karena pandemi Covid-19.

RSF prihatin bahwa tindakan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk memerangi pandemi telah berkontribusi pada melonjaknya pelanggaran kebebasan pers.

Empat belas dari 387 jurnalis itu telah ditangkap sehubungan dengan liputan mereka tentang krisis virus Covid-19.***(PR Bekasi/Rinrin Rindawati)

Editor: Herry Iswandi

Sumber: PR Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler