Ilmuan Menyebutkan DNA Manusia Alternatif Penyimpanan Data Kedepannya, Data Fisik Saat ini Kepenuhan Tempat

24 Februari 2021, 12:40 WIB
Ilustrasi DNA sebagai tempat penyimpanan data kedepan /Foto: Pixabay/qimono/

WARTA LOMBOK - Kebanyakan orang mungkin tidak akan menyadari bahwa kita sebenarnya berada dalam sedikit krisis penyimpanan data. Dan memang benar, kita bisa memaafkan mereka (manusia), mengingat semua tantangan yang dihadapi 2020 menghampiri kita semua.

Namun, seiring dengan semakin tertanamnya teknologi dalam hidup kita, data tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkendali dan kita kehabisan tempat untuk menyimpannya.

Saat kita bekerja di laptop, mengirim pesan kepada teman di obrolan WhatsApp, melacak aktivitas pagi kita di data aplikasi, atau menyimpan video di penyimpanan awan (cloud), kita disana membuat data yang perlu disimpan dengan benar oleh perusahaan teknologi.

Baca Juga: Angkatan Kerja Punya 'Mindset' Baru, Yasonna: Pemda Harus Memfasilitasi Pelaku UMK Mendirikan Badan Hukum

Ketika memikirkan betapa beratnya kehidupan setiap orang saat online, itu berarti banyak sekali data.

Menurut berbagai penelitian, Google memproses 3,5 miliar pencarian setiap hari, sementara 4,3 juta video ditonton di YouTube. Lebih dari 350 juta foto diunggah ke Facebook setiap hari.

Pada tahun 2025, diperkirakan 463 exabyte atau setiap exabyte adalah satu juta triliun (1.000.000.000.000.000.000) byte data akan dibuat setiap hari secara global.

Ini baru permulaan karena sekitar 40 persen populasi dunia bahkan belum bermedia online.
Solusi penyimpanan data saat ini juga tidak ramah lingkungan. Pusat data bekerja pada suhu yang sangat tinggi dan membutuhkan AC agar selalu dingin.

Ini bukan solusi yang berkelanjutan, dan banyak yang mencoba memikirkan kembali model tersebut dengan menempatkan pusat data di bawah air atau di tempat yang tinggi agar tetap dingin.

Menghadapi krisis ini, para ilmuwan dan perusahaan teknologi telah memulai penelitian tentang alternatif sci-fi esque yang menggunakan DNA sebagai solusi penyimpanan data.

Satu gram DNA berpotensi menyimpan sebanyak 455 exabyte data, menurut New Scientist.

Itu lebih dari semua data digital saat ini di dunia, dengan selisih yang sangat besar.

Dan meskipun DNA itu sendiri cukup rapuh, ketika disimpan dalam kondisi yang tepat ia bisa menjadi sangat stabil.

Baca Juga: Krisis Air Bersih di NTT, Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Komitmen Berikan Solusi

Sisa-sisa fosil berumur ribuan tahun telah ditemukan dengan DNA yang masih utuh.

Kemajuan teknologi sangat menjanjikan, dengan para peneliti Microsoft dan University of Washington tahun lalu mengembangkan perangkat penyimpanan DNA pertama di dunia yang dapat menjalankan seluruh proses secara otomatis.

Dengan menggunakan perangkat tersebut, para peneliti mengkodekan kata 'halo' ke DNA, dan mampu mengubahnya kembali menjadi data yang dapat dibaca oleh komputer.
Penyimpanan data DNA mungkin masih jauh dari kenyataan.

Sementara para ilmuwan telah bereksperimen dengan menyimpan data digital dalam DNA sejak 2012, misalnya, butuh 21 jam untuk menulis pesan 'halo' 5-byte dan kemudian dibacakan kembali. Namun, pada kemajuannya stabil biayanya $100 juta atau setara Rp1.5 triliun pada tahun 2001 untuk mengurutkan genom manusia, hari ini yang dibutuhkan hanyalah dua hari dan $1000 atau setara Rp14 juta.

Jumlah pengetahuan dunia suatu hari nanti mungkin disimpan pada sesuatu yang perlu kita amati dengan mikroskop.

Dan saat menghasilkan lebih banyak data, dan mencapai batas teknologi penyimpanan saat ini, dinilai alternatif yang kuat hanya akan menjadi lebih besar.

Namun, dalam mengejar inovasi, kita perlu memastikan kontrol penyimpanan data yang etis selalu diingat.

Baca Juga: Kabar Gembira! Program Kartu Prakerja Gelombang 12 Telah Dibuka, Siapkan Persyaratan Anda

Sementara para ahli telah menyarankan pengkodean pada DNA memiliki peluang yang sangat kecil untuk secara fundamental mengubah kehidupan seperti yang kita ketahui, setiap tindakan manusia masih menghadirkan implikasi etis.

Tanpa pendekatan yang tepat, penyimpanan data DNA dapat menimbulkan masalah etika tentang akses, yaitu catatan publik yang digunakan oleh perusahaan swasta untuk mendapatkan keuntungan.

Jika data berada di disk di cloud yang tidak terlindungi dengan baik, data tersebut akan terbuka dan memberikan akses terbuka ke data tersebut.

Teknologi penyimpanan generasi berikutnya dalam beberapa hal sudah ada di sini.
Tetapi merupakan tanggung jawab kami sebagai penjaga data untuk memastikan bahwa kenyamanan tidak mengaburkan perspektif kami tentang apa yang etis.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: thenewdaily.com

Tags

Terkini

Terpopuler