NSO Perangkat Lunak Israel Sebagai Sasaran Operasi Pengawasan Para Aktivis, Politisi dan Jurnalis

20 Juli 2021, 09:17 WIB
Para aktivis, politisi dan jurnalis dari seluruh dunia menjadi sasaran operasi pengawasan menggunakan perangkat lunak yang dijual perusahaan Israel NSO Group. /PEXELS/haley black

WARTA LOMBOK - Para aktivis, politisi dan jurnalis dari seluruh dunia menjadi sasaran operasi pengawasan menggunakan perangkat lunak yang dijual perusahaan Israel NSO Group, menurut penyelidikan atas kebocoran data besar-besaran oleh The Guardian, Washington Post dan 15 perusahaan media lainnya.

Laporan yang dirilis kemarin yang menyatakan "pemerintah otoriter" telah menyalahgunakan perangkat lunak Pegasus dan "meretas 37 smartphone," menurut sebuah laporan oleh Washington Post.

Menurut Guardian, kebocoran tersebut berisi daftar lebih dari 50.000 nomor yang diyakini menarik bagi klien NSO sejak 2016.

Akan tetapi, penyebutan nomor telepon dalam data yang bocor tidak berarti perangkat tersebut diretas, katanya.

Baca Juga: Lolos Seleksi Ibadah Haji 2021, Begini Tahapan Jemaah Haji yang

Washington Post melaporkan nomor dalam daftar itu juga milik kepala negara dan perdana menteri, anggota keluarga kerajaan Arab, diplomat dan politisi, serta aktivis dan eksekutif bisnis.

Daftar tersebut juga termasuk jurnalis untuk perusahaan media di seluruh dunia termasuk Agence France-Presse, The Wall Street Journal, CNN, The New York Times, Al Jazeera, France 24, Radio Free Europe, Mediapart, El País, Associated Press, Le Monde , Bloomberg, The Economist, Reuters dan Voice of America, menurut pihak Guardian.

Menurut analisis forensik oleh Laboratorium Keamanan Amnesty, dua wanita yang dekat dengan kolumnis Arab Saudi yang terbunuh, Jamal Khashoggi menjadi sasaran spyware Pegasus, menurut surat kabar Washington Post.

Baca Juga: Jokowi Mengajak Seluruh Masyarakat untuk Memohon Keselamatan Allah dari Pandemi Covid-19

Telepon tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, terinfeksi malware beberapa hari setelah pembunuhan tunangannya di konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, menurut surat kabar itu.

Pegasus, alat pengawasan canggih yang dikembangkan oleh perusahaan Israel, menginfeksi ponsel cerdas pengguna dan mencuri semua informasi telepon, termasuk setiap nama kontak dan nomor telepon, pesan teks, email, pesan Facebook, semuanya mulai dari Skype, WhatsApp, Viber, WeChat, dan Telegram .

“Skalanya mengejutkan dibandingkan dengan apa pun yang telah kita lihat sebelumnya,” ujar Bill Marczak, seorang peneliti di kelompok riset dunia maya Citizen Lab seperti dikutip wartalombok.com dari Aljazeera, Selasa 20 Juli 2021.

Paparan sebelumnya telah mengungkap peretasan sekitar 1.400 nomor.

Daftar terbaru tidak mengidentifikasi klien tetapi laporan mengatakan banyak yang terkonsentrasi di 10 negara yakni Azerbaijan, Bahrain, Hungaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Baca Juga: Shio Hari ini dan Amalan Zodiak Selasa 20 Juli 2021: Hari Raya Qurban, Harimau dan Leo Bersiaplah Ada Kejutan

“Industri pengawasan bekerja di bawah awan kegelapan, produknya dirancang untuk menipu dan menutupi kesalahan,” ujar Natalia Krapiva, Penasihat Hukum Teknologi di Access Now, mengatakan kepada Aljazeera.

 “Industri telah menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengawasi dirinya sendiri dan pemerintah bersembunyi di balik keamanan nasional untuk memaafkan pelanggaran pengawasan ini. Kami membutuhkan regulasi, transparansi, dan akuntabilitas dan kami membutuhkannya sekarang,” katanya.***

Editor: M. Syahrul Utama

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler