Begitu pula dengan akun @dianavivi2, yang juga mempermasalahkan hal yang serupa, terkait dengan harga.
“Setuju aja pak [kembali antigen atau PCR]. Tapi bisa jamin ngga harganya sama kayak GeNose bahkan mungkin lebih murah? Biar kita ini ngga dipersulit dari segala hal,” ujarnya.
Bukan tanpa dasar, para pakar meragukan validitas dan akurasi GeNose lantaran belum ada hasil uji klinis dari universitas lain selain Universitas Gadjah Mada (UGM). Hal ini berpotensi membuat bias penelitian tidak terlihat.
“Kan yang mengerjakan baru satu kampus, jadi kalau ada potensi bisa tidak kelihatan. Saya ingat dulu ada beberapa kampus merdeka yang dilibatkan untuk validasi, nah ini kok masih belum keluar hasilnya, mengapa? Kalau teknologi memang akurat, maka tidak masalah dilakukan di kampus yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Tapi kalau ternyata berbeda? Hmmm, maka saya heran kok ndak keluar sih hasilnya, sejak Februari loh,” tegasnya.***