Vaksin Covid-19, William Schaffner: Tidak Ada Hubungan Imunitas dan Efek Samping Penerima Vaksin

- 29 Juli 2021, 18:50 WIB
Liustrasi vaksin covid-19
Liustrasi vaksin covid-19 /Twitter.com/@KemenkesRI

WARTA LOMBOK - Jutaan orang di seluruh dunia telah menerima vaksin Covid-19 tetapi masih ada banyak pertanyaan mengenai seberapa efektif vaksin-vaksin ini. Salah satu pertanyaan umum yaitu apakah ada hubungan antara efek samping setelah vaksin dan imunitas yang terbentuk kemudian.

Ada sekitar 21 jenis vaksin Covid yang telah diijinkan penggunaannya di seluruh dunia. Di Britania Raya lebih dari 36,500,000 orang telah divaksin Covid lengkap sampai saat ini. Di Amerika Serikat lebih dari 162,100,000 orang telah divaksin total juga.

Nara sumber terpercaya dari Pusat Kontrol Penyakit dan Pencegahan terus melanjutkan pengawasan keamanan vaksin terkini. Sejumlah pihak kesehatan dunia yang terus menggalakkan kegiatan vaksin melaporkan beberapa efek samping yang terjadi pada tenaga kerja profesional.

Baca Juga: Kabar Jokowi Lengser dari Kursi Presiden, Benarkah Resmi Mengundurkan Diri? Berikut Faktanya

Baca Juga: Antisipasi Kenaikan Pasien Covid, Kota Mataram Tambah Satu Hotel sebagai Rumah Sakit Darurat

Jutaan orang yang telah divaksin mengalami beberapa efek samping seperti bengkak, kemerahan, dan sakit di area suntikan. Demam, sakit kepala, lelah, sakit otot, menggigil serta mual juga umum dialami.

Namun reaksi orang dengan berbagai vaksin tidak akan sama. Banyak orang tidak melaporkan atau mengalami efek samping setelah vaksin. Apakah itu berarti mereka tidak terlindungi dari SARS-CoV-2?

Sebagaimana dikutip wartalombok.com dari Medical News Today, William Schaffner,M.D. selaku profesor penyakit menular dari Universitas Vanderbilt di Nashville menerangkan bahwa tidak ada hubungan antara imunitas dan ada atau tidaknya efek samping yang dirasakan oleh penerima vaksin.

Baca Juga: Honor Guru Non PNS di Kemenag Loteng Tak Dibayar, Ini Penjelasan Kejati NTB

Prof Schaffner menegaskan efek samping tidak menjamin adanya imun atau tidak pada seseorang.

Percobaan dua dosis vaksin Covid Pfizer-BioNTech dan Moderna menunjukkan vaksin-vaksin ini efektif sebesar lebih dari 90%. Sementara itu terdapat 10% orang yang mendapat sebagian atau tanpa proteksi pada golongan orang yang telah divaksin penuh.

Ini dikarenakan cara vaksin bekerja yang tergantung pada kemampuan tubuh membangun imun melawan target virus. Orang-orang dengan sistem imun yang lemah memiliki kemungkinan tidak dapat membangun atau memiliki sebagian imunitas melawan SARS-CoV-2.

Beberapa obat-obatan menurut Prof. Schaffner seperti obat penunjang imun dan obat untuk perawatan kanker kemungkinan berdampak negatif pada keefektifan vaksin Covid-19. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa tes antibodi dapat menilai apakah vaksin Covid efektif membentuk imun pada virus Corona baru.

Di sisi lain nara sumber dari Badan Administrasi Obat dan Makanan (FDA) baru-baru ini mengeluarkan pernyataan bahwa tes antibodi sebaiknya tidak digunakan untuk mengevaluasi level imunitas seseorang atau apakah perlindungan dari Covid efektif setelah orang menerima vaksin.

Baca Juga: Yaqut Cholil Qoumas Kebablasan Ucapkan Selamat Hari Raya ke Agama Baha'i

Tes antibodi lebih masuk akal digunakan untuk mengukur apakah seseorang telah memiliki antibodi melawan virus Covid. Walau memiliki antibodi, seseorang tetap dapat terpapar virus Covid.

Temuan mengenai tes antibodi ini diharapkan dapat menenangkan orang-orang menghadapi infeksi Corona.

Dr. Elitza S. Theel selaku direktur Laboratorium Serologi Penyakit Menular di Klinik Mayo di Rochester menerangkan bahwa belum ada korelasi antara imunitas terhadap Covid. Hal ini tidak sama dengan vaksin untuk penyakit-penyakit lain yang sudah dapat dicegah.

Sementara itu butuh dua minggu untuk menerima dosis kedua dari vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna. Selain itu satu dosis vaksin Johnson & Johnson atau Janssen membutuhkan 2 minggu untuk tubuh membangun imun melawan virus Covid atau SARS-CoV-2.

Baca Juga: Raih Medali Emas, Atlet Taekwondo ini Persembahkan untuk Mendiang Sang Ibu

Di antara waktu tersebut masih ada kemungkinan virus Covid terbentuk.

"Lonjakan kasus Covid saat ini biasanya terjadi pada orang yang belum vaksin. Hal ini membuat frustasi karena paparan virus dapat dicegah jika orang-orang bersedia divaksin," kata Dr. Theel.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Medical News Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x