Bolehkan Wanita Melakukan I’tikaf? Berikut Ketentuan dan Hal-hal yang Wajib Diperhatikan

15 April 2022, 22:14 WIB
Ilustrasi bersujud dan berdoa di dalam masjid /PIXABAY/sharonang

WARTA LOMBOK – Melakukan i’tikaf di tempat-tempat ibadah baik di masjid maupun di mushalla merupakan amalan yang baik bagi umat islam.

Bertafaqqur, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah dengan cara berdiam diri di masjid atau mushalla dalam waktu tertentu memiliki faidah tersendiri.

Dikutip wartalombok.com dari kitab Al-Bayyinatul Ilmiyyah Fil Mas’alatil Fiqhiyyah, berikut ketentuan-ketentuan yang dalam melakukan i’tikaf.

Baca Juga: Mendulang Pahala I’tikaf di Bulan Ramadhan, Berikut Syarat, Niat, Tempat, Waktu dan Hal yang Membatalkannya

Baca Juga: Sinopsis Balika Vadhu, TERKEJUT! Amol Bertemu Orang Tua Kandungnya, Dia Menolak Meninggalkan Anandhi

Seorang yang i’tikaf dianjurkan menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan kepada Allah, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, berzikir, membaca shalawat, berdo’a.

Seorang yang melakukan i’tikaf diperbolehkan keluar dari masjid dan tidak membatalkan i’tikafnya untuk sesuatu yang darurat atau untuk melaksanakan suatu kewajiban atas dirinya seperti buang hajat, mencari makan (selama tidak memerlukan waktu yang lama), mengantarkan isteri ke rumah jika isteri datang untuk suatu keperluan atau untuk melaksanakan shalat.

Adapun bagi seorang wanita yang ingin melakukan i’tikaf harus memenuhi 3 (tiga) syarat:
• Mendapat izin dari suami atau walinya.
• Aman dari fitnah dan tidak menimbulkan fitnah. Tidak diperbolehkan seorang wanita keluar ke masjid sendirian, atau melewati tempat yang sunyi akan mengundang perbuatan jahat. Seorang wanita juga tidak berhak melakukan i’tikaf jika tidak ada wanita lain yang melakukan i’tikaf. Dan tidak boleh seorang wanita keluar i’tikaf dengan memakai wangi-wangian.

• Tidak mengakibatkan kewajiban yang lebih besar terlantar. Seperti mengurus anak-anaknya.

Baca Juga: Berikut Selebriti Bollywood yang Meninggalkan Rumah Orang Tuanya Setelah Terkenal, Salah Satunya Ranveer Singh

Jika Seorang wanita beri'tikaf di dalam masjid, maka hendaklah ia menutup dirinya dengan sesuatu. Karena isteri-isteri Nabi ketika hendak beri’tikaf, mereka memrintahkan yang lain untuk membuat semacam kemah yang dibuat didalam masjid.

Diperbolehkan mengkhitbah dan mengadakan akad nikah dengan seorang wanita yang sedang i’tikaf, yang dilarang hanyalah bersenggama.

Disyari’atkan mandi antara Maghrib dan Isya’ pada 10 (sepuluh) hari terakhir di bulan Ramadhan.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah: ”Rasulullah jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki 10 (sepuluh) hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mndi antara Maghrib dan Isya’”.

Ibnu Jarir berkata: ”Mereka menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam 10 (sepuluh) terakhir. Diantara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun Lailatul Qadar.

Disunnahkan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir untuk mencari lailatul qadar. Lailatul Qadar dicari pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, terlebih di malam-malam ganjil. Yang lebih diharapkan adalah malam 27 (dua puluh tujuh).

Baca Juga: WAJIB DIPELAJARI! Berikut Hal-hal yang Bisa Membatalkan Puasa Ramadhan Beserta Dalilnya

Disyari’atkan membaca do’a berikut ketika mencari Lailatul Qadar sebagaimana Aisyah berkata yang artinya: "Ya Rasulullah, jika aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang aku ucapkan? Nabi menjawab, Ucapkan: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Pemurah. Engkau mencintai maaf maka maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi: 3513 dan Ibnu Majah: 3850). Wallahu A’lam.***

Editor: Muhamad Ilham

Sumber: Al-Bayyinatul Ilmiyyah Fil Mas’alatil Fiqhiyyah

Tags

Terkini

Terpopuler