Oleh: Muhammad Tholhah al Fayyadl
WARTA LOMBOK - Sejak zaman dahulu guru-guru kita, khususnya para kiai di pesantren, mengajarkan agar menjaga adab dalam mengajar. Sejak di pesantren para santri diajarkan untuk menempatkan kitab-kitab tafsir Al-Qur’an di urutan teratas dari tumpukan kitab.
Disusul kitab-kitab hadits, kemudian kitab-kitab fan ilmu lainnya di bawahnya lagi. Mereka juga diajarkan membawa kitab kuning dengan cara yang baik. Hal ini semata-mata untuk menjaga adab kita kepada tulisan ayat Al-Qur’an, hadits Nabi, serta ilmu yang ada di dalam lembaran-lembarannya.
Baca Juga: Membangun Pendidikan Generasi Anak Negeri
Selain itu, guru-guru di pesantren juga mengajarkan untuk selalu dalam keadaan suci ketika belajar maupun mengajar. Terkadang hal inilah yang kurang kita perhatikan dengan seksama.
Padahal, belajar ataupun mengajar dalam keadaan suci dapat membantu kita dalam memahami kitab kuning yang kita kaji. Karena, pada dasarnya cahaya kepahaman serta berkah ilmu bersumber dari Allah.
Terkadang justru sebab adab yang baik dalam mencari ilmulah yang dapat mengantarkan seorang santri meraih keberkahan ilmu dari Allah. Dr. Muhammad Ibrahim Al-‘Asymawi, seorang pakar ilmu hadits di Universitas al-Azhar, pernah menceritakan pengalamannya mencari ilmu saat masih usia remaja.
Baca Juga: Pendidikan Karakter Anak Indonesia
Beliau memiliki guru bernama Syekh al-Khathib yang mengajarkan hadits Nabi di Madrasah al-Ahmadi. Syekh al-Khathib selalu berada dalam keadaan suci ketika mengajar hadits Nabi Muhammad ﷺ.