Hal ini seperti yang dijelaskan oleh ulama hadits kenamaan, Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
Baca Juga: Mengenal Khalid Bin Walid, Sang Panglima Perang Pasukan Islam Bergelar 'Pedang Allah'
“Maksud dari hadits di atas bahwa jika seseorang bertemu Nabi dalam keadaan terjaga, tentu akan sama dengan apa yang ia lihat dalam mimpi di tidurnya. Maka yang awal (melihat Nabi dalam keadaan terjaga) adalah benar dan nyata dan yang kedua (melihat Nabi dalam mimpi) adalah benar dan merupakan sebuah perumpamaan,” (Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, juz 12. hal. 384).
Namun meski demikian, menurut sebagian ulama setiap orang yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad akan tampak pada mereka bentuk Nabi Muhammad dengan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keistiqamahannya dalam menjalankan syariat.
Semakin seseorang istiqamah dalam menjalankan kewajiban dan kesunnahan maka semakin tampak padanya bentuk Nabi Muhammad SAW dalam kepribadian yang teramat mulia.
Sebaliknya, semakin rendah seseorang dalam keistiqamahan menjalankan kewajiban dan kesunnahan maka semakin tampak padanya bentuk Nabi Muhammad SAW dalam kepribadian yang ‘kurang’ menyeluruh seperti yang disifati dalam beberapa kitab yang menjelaskan tentang kepribadian Nabi Muhammad SAW.
Ketika ingin menafsirkan mimpi bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. tentunya itu bertanda untuk perintah memuhasabahkan diri masing-masing.
Baca Juga: Ijab Qabul Akad Nikah Harus Satu Nafas, Benarkah?
Karna ketika orang yang salah jalan yang didatangi oleh baginda Rasul, tentunya maksudnya adalah untuk mengingatkan kembali bahwa ia masih dicintai oleh baginda Rasul.
Dan ketika seseorang yang memiliki amal ibadah yang baik, maka tentunya itu bertanda untuk selalu mengistiqomahkan ibadah tersebut dan bertanda bahwa baginda Rasul ridha atas pekerjaan tersebut.***