PERLU DIPERHATIKAN! Ternyata Ini Bacaan Ayat, Qunut, Tasbih dan Doa dalam Melaksanakan Shalat Witir

- 13 April 2022, 23:10 WIB
Ilustrasi Masjid di Abu Dhabi Arab Saudi
Ilustrasi Masjid di Abu Dhabi Arab Saudi /PIXABAY/apassingstranger

WARTA LOMBOK – Shalat witir yang dikerjakan baik di luar bulan Ramadhan ataupun dalam bulan Ramadhan tentu sudah sama-sama dimaklumi.

Dalam mengerjakannya, tentu saja memiliki kaifiyat mulai dari doa, ayat dan bacaan lain yang disunnahkan dalam mengerjakannya.

Dikutip wartalombok.com dari kitab Al-Bayyinatul Ilmiyyah Fil Mas’alatil Fiqhiyyah diperbolehkan seorang membaca surat apa saja setelah Al-Fatihah.

Baca Juga: Sinopsis Balika Vadhu, BANGGA! Gangga Berhasil Melakukan Operasi, Gehna dan Niranjan Meninggalkan Jaitsar

Baca Juga: Sinopsis Sufiyana, Zarun Mempertanyakan Wajah Kaynat yang Rusak, Saltanat Disekap dan Dicuri Oleh Preman

Akan tetapi jika seorang berwitir dengan 3 (tiga) raka’at disunnahkan pada raka'at pertama membaca surat Al-A'la, pada raka'at kedua surat Al-Kafirun dan para raka'at ketiga surat Al-Ikhlas.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, dari Ibnu Abbas, ia berkata; ”Dahulu Rasulullah membaca pada shalat witir; Sabbihisma Rabbikal A’laa (QS. Al- A’laa), Qul yaa ayyuhal kaafirun (QS. Al-Kafirun), dan Qul Huwallaahu Ahad (QS. Al- Ikhlash), masing-masing untuk setiap raka’at.” (HR. Nasa’i: 1607, Tirmidzi: 461).

Disunnahkan untuk membaca qunut dalam shalat witir. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Hasan bin Ali, ia berkata:

Rasulullah mengajarkan beberapa kaliamat kepadaku yang aku ucapkan di dalam shalat witir, yang artinya; "Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Bebaskanlah aku dari marabahaya seperti orang-orang yang Engkau bebaskan dari marabahaya. Uruslah aku seperti orang-orang yang Engkau urus. Berkahilah aku pada apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan apa-apa yang telah Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkau memberi keputusan dan tidak diberi keputusan. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau tolong dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau." (HR. Abu Daud: 1425, Tirmidzi: 464).

Baca Juga: Kapankah Shalat Witir Dilaksanakan? Berikut Bilangan Raka'at dan Tatacaranya Sesuai Syariat

Disunnahkan membaca qunut witir sebelum ruku’ setelah membaca surat. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, beliau berkata; “Rasulullah melakukan shalat witir, lalu beliau melakukan qunut sebelum ruku’.” (HR. Abu Dawud: 1414, Ibnu Majah: 1182).

Adapun qunut Nazilah (ketika terjadi musibah dan bencana yang memilukan kaum muslimin), dilakukan setelah ruku’ dan tidak dikhususkan untuk shalat wajib tertentu.

Dari Abu Hurairah; “Jika Rasulullah hendak mendo’akan keburukan atau kebaikan bagi seseorang, maka beliau melaksanakan qunut setelah ruku’.” (HR. Bukhari: 4560).

Disyari’atkan mengangkat tangan dalam qunut. Berdasarkan riwayat dari Abu Rafi’, beliau berkata; “Aku pernah shalat dibelakang Umar bin Khathab. Dia melakukan qunut setelah ruku’ dengan mengangkat kedua tangan dan mengucapkan doa tersebut dengan suara keras.” (HR. Baihaqi).

Sementara itu, diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, beliau berkata; “Nabi membaca surat Al-A’laa, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlash didalam witir, lalu setelah salam membaca, yang artinya: “Maha suci Allah, Penguasa Yang Maha suci (sebanyak 3 kali)” (HR. Nasa’i: 1741).

Tidak ada dua witir dalam satu malam.
Jika seseorang telah melakukan witir pada awal malam-misalnya sebelum tidur, lalu setelah itu ia ingin melakukan shalat kembali, maka boleh melakukannya, tetapi tidak mengulangi shalat witir.

Baca Juga: Apakah Sampai 10 Hari ke 2 Ramadhan Masih Ramai Shalat Tarawih? Ini Hukum dan Waktu Serta Dalilnya

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah; "Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Abu Daud: 1439, Tirmidzi: 470).

Mengqadha shalat witir.
Orang yang tertidur hingga tidak sempat mengerjakan shalat witir atau lupa tidak mengerjakannya dapat mengerjakannya ketika bangun tidur atau saat ia ingat dengan bilangan raka'at genap, bukan witir (ganjil). Misalnya seorang telah terbiasa shalat witir dengan 3 (tiga) raka’at, maka digantikan dengan 4 (empat) raka’at pada siang hari, demikian seterusnya.

Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata; ”Nabi jika tertidur pada malam hari atau sakit, maka beliau melakukan shalat sebanyak 12 (dua belas) raka’at pada siang harinya.” (HR. Muslim: 746). Wallahu A’lam.***

Editor: Muhamad Ilham

Sumber: Al-Bayyinatul Ilmiyyah Fil Mas’alatil Fiqhiyyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x