Menparekraf Hadiri Aceh Ramadhan Festival. Ungkap Tradisi Bubur Kanji

2 April 2024, 21:15 WIB
Menparekraf ikut membuat Bubur Kanji pada Aceh Ramadhan Festival /Doc. Kemenparekraf / Guruh/

WARTALOMBOK - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan Aceh Ramadhan Festival yang digelar di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Event tersebut dianggap sebagai momentum penting dalam melestarikan tradisi dan budaya lokal yang kaya di Aceh.

 

Dalam penutupan Aceh Ramadhan Festival yang diselenggarakan di Banda Aceh pada Senin 1 April 2024, Menparekraf Sandiaga menyatakan bahwa acara ini termasuk dalam 110 kalender event Kemenparekraf, Kharisma Event Nusantara (KEN). Festival ini berhasil menghadirkan beragam tradisi dan budaya masyarakat Aceh dalam menyambut bulan Ramadhan, seperti pembuatan bubur kanji, pembacaan hikayat Aceh, pertunjukan musik, tarian tradisional, dan permainan khas seperti egrang dan bakiak panjang.

 

Menparekraf Sandiaga memandang festival ini sebagai salah satu potensi besar untuk meningkatkan pariwisata Aceh, terutama selama bulan Ramadhan.

 

"Saya harapkan ini menjadi festival daya tarik wisata religi nomor satu di Indonesia. Karena Indonesia sudah menduduki posisi satu destinasi wisata halal terbaik di dunia," ujar Sandiaga.

 

"Mari kita selebrasikan dan agungkan Masjid Baiturrahman dan Aceh Ramadhan festival ini menjadi hukumnya wajib untuk dikunjungi wisatawan seluruh Indonesia dan kawasan regional ASEAN," tandasnya.

 

Sementara itu, Penjabat Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, turut mengungkapkan bahwa event ini memiliki makna yang mendalam dalam pelestarian tradisi dan budaya Aceh. "Aceh dengan segala kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki menjadi tempat yang dipilih untuk merayakan kebersamaan dalam semangat keislaman yang mendalam," ujar Bustami.

 

Dalam kesempatan yang sama, Menparekraf Sandiaga juga menyempatkan diri untuk mengunjungi side event Sagoe Piasan di lapangan Ex Hotel Atjeh.

Tradisi  Bubur Kanji

Tradisi membuat bubur kanji sudah turun temurun hingga saat ini. Di beberapa daerah di Aceh, tradisi ini masih dilestarikan. Namun, ada juga sebagian sudah mulai melupakan.

 

Selain untuk warga yang melaksanakan puasa, bubur kanji juga bisa dirasakan oleh warga lainnya yang tidak berpuasa. Misalnya, kenduri dilakukan pada suatu gampong atau desa, maka seluruh penduduk setempat dapat merasakannya.

 

Beberapa warga berkumpul di sebuah padang terbuka, membawa bahan-bahan untuk membuat bubur, dikumpulkan dan dimasak bersama-sama. Kemudian dibagikan kepada anak-anak. Sebahagian disisakan untuk orang-orang yang berpuasa

 

Adapun bahan untuk membuat bubur kanji terdiri dari beras, ketela, ubi, jagung, pisang, kacang tanah, kacang hijau, nangka yang sudah masak, kacang merah, daun pandan wangi, gula, garam, dan santan.

 
Ubi, ketela dan pisang dipotong ukuran dadu atau sedikit lebih besar dari itu, kemudian dicampurkan dengan semua bahan tadi dalam sebuah wajan besar. Takaran manis dan kentalnya bisa di sesuaikan dengan selera. Jika ingin lebih kental, boleh menambahkan sedikit beureune (sagu kering).*

Editor: Ahmad Riadi

Tags

Terkini

Terpopuler