“Dan itu yang terjadi sekarang bapak ibu sekalian. Jadi, termasuk malas, tidak mau kerja, tidak termotivasi, ini siswa ya. Jadi, itu yang terjadi sekarang, sebagai salah satu ciri-ciri generasi milenial,” tambahnya.
Fakhri menjelaskan, bahwa problem-problem yang terjadi di dunia pendidikan saat ini, bila dilihat melalui kacamata psikologi itu disebabkan karena karakter siswa yang hidup di era milenial ini, yang notabenenya memiliki karakter yang cenderung negatif.
Dari penjelasannya tersebut, Fakhri menjelaskan bahwa ada beberapa ciri-ciri generasi milenial yang harus diketahui oleh para tenaga pendidik (guru) khususnya, salah satunya yaitu memiliki kepribadian yang gampang bosan dengan barang yang dimiliki.
Baca Juga: Sambut HAB Kemenag RI Ke-75; IGMA NTB Bagikan 3000 eCard Gratis
Sebagai penutup, Fakhri berpesan agar para guru, terkhusus Guru BK, lebih memprioritaskan pengembangan siswa pada aspek emosional. Sebab, keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek emosional.
“Bahwa keberhasilan hidup, kesuksesan hidup seseorang itu 80% ditentukan oleh kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual hanya 20%. Jadi mari bapak ibu, di BK-BK, termasuk di madrasah ini kita kembangkan, termasuk aspek-aspek emosional,” tuturnya.
Perlindungan Profesi Guru dalam Kacamata Hukum
Narasumber kedua, yakni Khairil Anwar, S.H., M.H., pada gilirannya menjelaskan soal perlindungan profesi guru dalam kacamata hukum.
Baca Juga: IGMA NTB Dorong Pengangkatan Honorer Madrasah Menjadi PPPK
Dalam penyampaiannya, Khairil Anwar banyak menjelaskan soal pasal-pasal atau Undang-Undang tentang perlindungan guru. Ia menyebut bahwa hal tersebut harus disampaikan, lantaran belakangan ini banyak terjadi kasus-kasus dalam dunia pendidikan yang dimana banyak guru-guru mendapatkan perlakuan amoral dari murid-muridnya.