Pergeseran makna peresean dari seni bela diri menjadi pertunjukan seni tari memang terjadi, namun hal ini tidak mengurangi makna tradisi ini secara keseluruhan.
Budaya ini hingga sekarang masih dilestarikan dan selalu dihadirkan setiap tahun pada musim kemarau dan momentum perayaan-perayaan kedaerahan maupun nasional.
Atraksi Budaya Peresean, berawal mencari anak-anak pemuda terkuat, kini menjadi ajang memperkuat persaudaraan antar daerah dan antar agama.
Di Budaya Peresean untuk semua Pepadu memiliki prinsip yaitu asuh (mau diarahkan/dibimbing), asih (harus kasih saying), asah (dapat memberikan masukan terhadap cara bermain peresean yang baik).
Pada saat Pepadu masuk dalam arena harus berprinsip yaitu wiraga (tenaga), wirasa (tidak membuat lawan mati), wirama (Pepadu harus memainkan dengan penuh irama sehingga Peresean itu diiringi musik tradisional sasak), dan wibawa (setiap Pepadu harus mempertahankan wibawanya pada saat memainkan Peresean).
Aturan pertarungan Peresean
Uniknya, peserta atau Pepadu tidak dipersiapkan sebelumnya karena mereka dipilih dari penonton yang hadir ketika acara pertarungan dimulai.
Atau bisa juga Pepadu yang berada di arena menunjuk salah satu yang hadir untuk menjadi lawannya.