"Ketika suhu di permukaan atau daratan cukup dingin maka butiran es dari puncak awan Cumulonimbus tersebut dapat jatuh masih berupa partikel es, sehingga hujan yang di hasilkan berupa butiran es," ujar Levi seperti dikutip Warta Lombok.com dari Antara.
Baca Juga: Peringatan HGN Tahun 2020, IGMA NTB Mengkaji Profil Guru Madrasah dan Tantangan Abad 21
Lebih lanjut, Levi mengatakan hujan es terjadi dalam waktu singkat, namun disertai hujan lebat dab petir bahkan angin kencang.
Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan mengenali cuaca di sekelilingnya jika teramati awan Cumulonimbus berupa awan berwarna hitam seperti bunga kol dan berlapis.
"Sebaiknya masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah karena potensi cuaca ekstrem dapat terjadi di mana saja dan kapan saja," kata Levi.***