Berbagai inisiatif telah diperkenalkan untuk membasmi kekerasan, tetapi tidak ada yang berhasil.
Pada tahun 2015, pemerintah mengumumkan Rencana Aksi Nasional Sihir (SNAP), sebuah inisiatif holistik yang berfokus pada konseling, kesadaran, advokasi kesehatan, perlindungan dan penelitian, tetapi tidak memiliki target yang solid.
Lalu ada Inap Nau! (Cukup Sekarang!), kampanye 2018 oleh Oxfam yang melihat masalah dari perspektif berbasis gender. Sekitar 70 persen wanita di Papua Nugini mengalami pemerkosaan atau penyerangan dalam hidup mereka.
Kantor Perdana Menteri di Papua Nugini tidak menanggapi pertanyaan Al Jazeera tentang kegagalan nyata SNAP, sementara Oxfam PNG mengatakan tidak punya waktu untuk menanggapi pertanyaan tentang Inap Nau! pada "pemberitahuan singkat".
Kakas, yang mendirikan unit anti-sihir pada tahun 2016 di kepolisian untuk melaksanakan program kesadaran dan menangkap pelanggar, mengatakan dia tahu mengapa inisiatif itu tidak berhasil.
“Setiap kali ada kasus besar seperti ini, ada kemarahan publik dan sejumlah uang dimasukkan untuk mengatasi masalah ini,” katanya. “Tetapi ketika hype memudar, pendanaan menghilang.”
Seorang imam Katolik dari Serikat misionaris Sabda Tuhan dan Profesor Riset Sosial di Universitas Firman Tuhan di Papua Nugini, Philip Gibbs, menguatkan klaim tersebut.
"Pemerintah seharusnya mendanai Rencana Aksi Nasional Sihir, tapi itu tidak pernah terjadi," kata Gibbs seperti dilaporkan surat kabar The National di ibu kota Port Moresby pekan lalu.
Anton Lutz, seorang aktivis kejahatan terkait sihir yang telah menyelamatkan beberapa perempuan dan anak-anak dari penyiksaan, menuduh kelompok-kelompok gereja menyuburkan kekerasan.
Sekitar 96 persen orang di Papua Nugini diiidentifikasi sebagai orang Kristen, menurut statistik pemerintah, sementara banyak yang menggabungkan iman Kristen mereka dengan kepercayaan tradisional Pribumi seperti animisme dan sihir.
“Gereja Katolik adalah salah satu dari sedikit yang secara aktif memeranginya. Mereka memiliki pemimpin yang kuat yang telah mengucilkan individu dan seluruh jemaat yang telah membantu dan bersekongkol dengan penyiksaan, dan mereka menjalankan beberapa rumah persembunyian bagi para penyintas,” katanya kepada Al Jazeera.