Amalan Ketika Hendak Bersenggama serta Tehnik dan Keutamaan yang Terkandung di Dalamnya

18 Februari 2021, 14:58 WIB
Dalam Kitab Qurratul Uyun terdapat amalan dan tehnik bersenggama yang dianjurkan bagi pasangan suami istri /Pixabay/Miguel R Perez Rivas

WARTA LOMBOK - Hendaknya ketika pasangan suami istri bersenggama seharusnya dalam kondisi suci lahir batin, mengawali dengan bertobat kepada Tuhan dan memohon ampun serta berdoa.

Cukupkah itu? Ternyata ada ritual lain yang dianjurkan untuk diamalkan, hendaklah memasuki kamar dengan mengucap salam, sholat dua rakaat atau lebih, setelah itu membaca al-Fatihah, al-Ikhlash dan shalawat kepada Nabi, masing-masing sebanyak tiga kali.

Dianjurkan juga untuk memperbanyak bacaan seperti surat Yasin, al-Waqi’ah, ayat Kursi, ad-Dhuha, al-Insyirah dan an-Nashr, semua ayat itu dibaca dengan maksud sesuai kandungan ayat dan surat itu.

Baca Juga: Hari Pernikahan dan Waktu Senggama yang Dianjurkan Menurut Kitab Qurratul Uyun

Ayat Kursi misalnya, diyakini sebagai ayat yang mempunyai khasiat menjaga, al-Insyirah mungkin dibaca agar pengantin memulai malam pertama diberi kelapangan dada, lepas dari berbagai beban, dan ad-Dhuha dibaca agar pengantin diberi banyak rezeki.

Beberapa ritual juga dianjurkan seperti membaca salah satu nama-nama Tuhan dalam asma al-husna.

Syeikh Muhammad At-Tihami dalam Qurratul Uyun menganjurkan kepada suami istri untuk menjaga agar suasana romantis tidak terganggu oleh suara-suara yang dapat mengurangi konsentrasi saat berhubungan atau bahkan melemahkan gairah seksual.

Hindari suara mertua apabila masih serumah dengan mereka, suara anak-anak, tamu, dan yang penting amankan kegiatan senggama dari terdengar telinga agar bebas berekspresi.

Syeikh At-Tihami juga menganjurkan pengantin menghindari makanan yang berbau menyengat sebelum bersenggama dimulai seperti bawang, petai, dan makanan lain yang mengurangi nafsu bagi pasangannya.

Baca Juga: Sering Berhadapan Dengan Berbagai Masalah, Amalkan Bacaan Ini Maka Masalah Anda Tuntas

Sebagai gantinya dapat mengunyah makanan yang beraroma harum seperti manisan. Dan jangan lupa selalu berkata romantis kepada pasangan, dengan rayuan, pujian, kekaguman, desahan, dan erangan sebagai ungkapan kegairahan.

At-Tihami menganjurkan agar suami istri tidak telanjang bulat tanpa mengenakan pakaian sedikitpun ketika making love, mungkin bisa memakai baju tidur yang ringan, lagi-lagi ia mengusung hadits yang mengibaratkan senggama tanpa busana tidak ubahnya seperti keledai.

Dianjurkan pula mencumbui istrinya, meremas-remasnya, membelai-belai daerah sensitif, memeluk, dan menciumnya. Ini pula yang membedakan persetubuhan manusia dan persetubuhan antar hewan.

Hewan tidak mengenal awalan dan pemanasan. Hewan tahunya hanya to the point, hanya menyalurkan kepuasan.

Merayu, meremas, dan membelai bukan hanya dilakukan untuk meningkatkan tensi nafsu tetapi sekaligus untuk meningkatkan pahala karena suami menyenangkan istri dan juga sebaliknya.

Baca Juga: 8 Alasan Seorang Perempuan itu Unik dan Istimewa, Simak Penjelasannya Disini

Meningkatkan tensi nafsu dengan imbalan pahala ini diulas at-Tihami dengan merekam bagaimana Nabi mendatangi Aisyah lewat hadits yang diriwayatkan oleh istri Nabi yang dikenal dengan panggilan manis Humaira, Nabi bersabda:

“Barangsiapa mendatangi istrinya kemudian merayunya maka Allah memberinya kebaikan dan menghapus kejelekan darinya dan diangkat derajatnya, apabila dia memeluknya maka Allah memberinya sepuluh kebajikan dan menghapus sepuluh kejelekan dan mengangkatnya sepuluh derajat, dan apabila menciumnya Allah menganugerahinya dua puluh kebajikan dan menghapuskan dua puluh kejelekan darinya serta mengangkat untuknya dua puluh derajat, dan apabila telah menggaulinya maka baginya lebih baik dari dunia dan isinya.”

Tampaknya tabel pahala seperti ini menjadikan senggama sebagai sesuatu yang sakral dan menyenangkan serta dalam perspektif ini dinilai berpahala, klimak dari seksualitas dalam Islam lebih baik dari dunia dan isinya, masya Allah.

Bahkan pada hadits lain, sederet pahala yang lebih menjanjikan telah disediakan untuk mereka yang bisa menunaikan kewajiban terhadap istrinya secara lebih baik.

Enaknya senggama dalam perspektif fiqh, selain mendapatkan kepuasan seksualitas juga mendapat pahala.

Baca Juga: Cerita Tariq Hussain Asal Riyadh Meneliti Air Zam-Zam Serta Fakta yang Didapatkannya

Tampaknya at-Tihami menganjurkan suami istri untuk mengamankan lingkungannya dari berbagai gangguan yang dapat mengurangi gairah. Ia mengkategorikan gangguan senggama menjadi gangguan internal dan eksternal.

Gangguan internal datang dari pasangan itu sendiri, maka selayaknya istri dalam kondisi yang siap dengan pakaian dan dandanan yang menawan.

Lagi-lagi hadits diusung untuk menyatakan bahwa “sebaik-baik wanita adalah yang wangi dan bersih.”***

Editor: Herry Iswandi

Sumber: Kitab Qurratul Uyun

Tags

Terkini

Terpopuler