Kisah Teladan di Balik Kesederhanaan Umar bin Khattab

- 24 Juli 2021, 18:37 WIB
Ilustrasi/Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok pemimpin dengan jiwa kepemimpinan yang sederhana, membuatnya sangat disegani lawan maupun kawan.
Ilustrasi/Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok pemimpin dengan jiwa kepemimpinan yang sederhana, membuatnya sangat disegani lawan maupun kawan. /PEXELS/Ruslan Alexso

WARTA LOMBOK - Kedudukan keluarga sahabat Rasulullah SAW yaitu Umar bin Khattab bukanlah kedudukan keluarga istimewa, yang selalu ia tanamkan betul kepada keluarganya.

Jika Umar bi Khattab ingin mengeluarkan undang-undang, maka hal itu terlebih dahulu dibicarakan kepada keluarganya.

Umar mengumpulkan anak-anaknya, sambil berkata: ini akan ada undang-undang begini, siapa di antara kalian yang mau mentaati silahkan, yang tidak pun silahkan.

Baca Juga: Berikut Contoh Khutbah Shalat Idul Adha yang Dilaksanakan Bersama Keluarga di Rumah

Tapi saya ingatkan, kalau ada dari keluarga Umar yang melanggar peraturan yang saya keluarkan ini, saya akan menghukumnya dua kali lipat karena dia keluarga saya. Jadi jangan mentang-mentang anak seorang khalifah lantas kebal hukum,” tegas Umar bin Khattab.

Sifat menonjol dari kepemimpinan Umar bin Khattab adalah kesederhanaannya. Beliaulah satu-satunya khalifah, amirul mukminin, yang mempunyai jubah hanya dua buah, bahkan jubah yang satunya adalah milik anaknya.

Umar bin Khattab pernah terlambat saat shalat Jumat, beliau naik mimbar untuk khutbah namun meminta maaf sebelumnya karena ia harus menunggu bajunya kering.

Kisah kekaguman bangsa-bangsa besar di dunia terhadap kesederhanaan Khalifah Umar bin Khattab diceritakan oleh Maulana Jalaluddin Rumi dalam karyanya Al-Matsnawi.

Rumi mengisahkan bahwa pada suatu ketika seorang penasihat kekaisaran Byzantium dari Konstantinopel datang untuk menghadap Khalifah Umar bin Khattab di Madinah.

Penasihat itu adalah seorang filsuf, cendekiawan, dan negarawan terkemuka. Setelah memasuki Madinah, utusan dari Byzantium itu merasa heran karena tidak melihat adanya istana kekhalifahan. Ia lalu bertanya kepada salah seorang penduduk Madinah.

Baca Juga: Perintah serta Hukum Berkurban Berdasarkan Keterangan Al Quran dan Hadits

“Di manakah istana raja kalian?,” tanya sang utusan. Orang yang ditanya oleh ksatria Byzantium itu hanya tersenyum, dan menjawab:

Raja kami tidak memiliki istana megah, karena istana termegahnya adalah hati dan ruhnya sendiri yang senantiasa diterangi oleh cahaya takwa.” Utusan kekaisaran Byzantium itu merasa heran. Ia lalu kembali bertanya.

“Lalu di manakah raja kalian yang namanya kini tersohor itu, penakluk dua benua, penakluk dua imperium, Persia dan Byzantium itu?” tanya sang utusan.

“Tidakkah tadi engkau sadar, di bawah pohon kurma yang baru saja kau lewati itu, seorang lelaki tengah memandikan dan memberikan makan kepada seekor unta?” kata seorang penduduk Madinah.

Mengapa memang?” tanya sang utusan semakin penasaran. “Itulah sang khalifah dambaan kami, Umar ibn Khattab. Ia tengah memberi makan dan memandikan unta milik baitul mal, milik anak-anak yatim, dan para janda.”

Utusan itu kemudian tergetar. Ia benar-benar telah melihat sesosok raja besar yang sangat bersahaja.

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x