Fenomena Alam Posisi Matahari Persis di Atas Ka'bah Terjadi Hari Jumat 16 Juli 2021, Berikut Penjelasannya

- 15 Juli 2021, 19:11 WIB
Ilustrasi/Peristiwa alam langka dimana posisi matahari tepat berada di atas Ka'bah terjadi hari Jumat 16 Juli 2021 atau 6 Dzulhijjah 1442 H.
Ilustrasi/Peristiwa alam langka dimana posisi matahari tepat berada di atas Ka'bah terjadi hari Jumat 16 Juli 2021 atau 6 Dzulhijjah 1442 H. /PIXABAY/Konevi

WARTA LOMBOK - Pada tanggal 16 juli 2021 atau bertepatan dengan 6 Dzulhijjah 1442 H akan terjadi fenomena alam dimana posisi matahari persis di atas Ka’bah di Masjidil Haram Makkah, Saudi Arabia.

Peristiwa ini nantinya disebut dengan Rashdul Qiblat terjadi berdasarkan perhitungan yang tercantum dalam almanak hijriyyah Nahdlatul Ulama 1442-1443 H (2021) yang diterbitkan Lembaga Falakiyyah PBNU.

Rashdul Qiblat kali ini akan terjadi pada Jumat Pon 6 Dzulhijjah 1442 H / 16 Juli 2021 pada pukul 12:26:45 waktu Saudi Arabia, atau bertepatan dengan pukul 16:26:45 WIB di Indonesia,” ujar Wakil Sekretaris LF PBNU Ma’rufin Sudibyo kepada NU Online, Kamis, 15 juli 2021.

Baca Juga: Kriteria Hewan yang Tidak Sah Dijadikan Kurban Saat Hari Raya Idul Adha

Baca Juga: Keutamaan Puasa Sunnah Tarwiyah Tanggal 8 Dzulhijjah yang Wajib Diketahui

Rashdul kiblat dapat diamati diberbagai tempat di Indonesia kecuali di provinsi Maluku, Maluku utara, Papua Barat dan Papua, dikarenakan wilayah-wilayah itu merupakan tempat matahari terbenam sebelum terjadinya Rashdul Qiblat.

Fenomena ini menjadi kesempatan penting untuk meluruskan kembali arah kiblat dengan cara yang mudah.

Menurut Ma’rufin, saat Rashdul Qiblat terjadi, maka kita cukup mencari benda yang terpasang tegak lurus paras air setempat sebagai acuan.

Misalnya sudut bangunan, atau yang paling sempurna adalah beban pendulum (lot) yang digantung pada tali.

Kita juga membutuhkan jam yang sudah terkalibrasi, misalnya jam digital dalam gawai pintar kita. Tepat pada jam terjadinya Rashdul Qiblat, maka tandai bayang-bayang benda tersebut di tanah. Bayang-bayang tersebut akan sama dengan arah kiblat setempat,” jelas Ma’rufin.

Dilihat dari pendapat Imam Syafi’i, maka luasan kiblat bervariasi mulai dari luasan Masjidil Haram (bagi penduduk kota Makkah) hingga luasan tanah haram Makkah yakni untuk penduduk di seluruh dunia kecuali yang bertempat tinggal dalam lingkungan kota Makkah.

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x