"Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa."
Tak hanya puasa Asyura yang dianjurkan, puasa Tasu’a (hari kesembilan dari bulan Muharram) dan hari kesebelas pun juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk berpuasa juga.
Hal ini guna untuk membedakan antara ritual ibadah orang Muslim dan kaum Yahudi. Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anh beliau berkata:
“Nabi Muhammad ﷺ beliau bersabda, 'Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari kesembilan." (HR Muslim).
Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anh, marfu' (disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ) berkata:
"Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya."
Baca Juga: Sukses di Usia Muda, Wirda Mansur Ungkap Amalan yang Menjadi Rahasianya
Imam Syafi'i dalam kitabnya al-Um dan al-Imla' menegaskan bahwa disunahkan berpuasa 3 hari; puasa Asyura, Tasu'a dan puasa hari kesebelas. Dari sini dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura itu ada 3 tingkatan:
Tingkatan yang paling rendah ialah puasa Asyura saja, kemudian atasnya adalah puasa Asyura dan puasa Tasu'a, dan yang terakhir, tingkatan yang paling tinggi adalah puasa Asyura, Tasu'a dan puasa hari kesebelas (bulan Muharram).
Asal Hukum Puasa Asyura
Para ulama berpendapat bahwa puasa Asyura itu hukumnya wajib sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan pada tahun kedua hijriah.