واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل
Artinya: Hadis ini menjadi dalil keutamaan puasa 10 hari di bulan Dzulhijjah, karena puasa termasuk amal saleh.
Baca Juga: Ganjaran Pahala Berhubungan Intim Dengan Isteri, Simak Penjelasannya
Kendati disebutkan puasa 10 hari dalam Hadis di atas, ini bukan berarti pada tanggal 10 Dzulhijjah juga dianjurkan melaksanakan amalan puasa. Malah puasa pada tanggal tersebut dilarang karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Terkait maksud “ayyamul ‘asyr” ini, An-Nawawi sebagaimana dikutip Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan:
والمراد بالعشر ها هنا الأيام التسعة من أول ذي الحجة
Artinya: Yang dimaksud 10 hari di sini ialah 9 hari, terhitung dari tanggal 1 Dzulhijjah.
Berdasarkan pendapat An-Nawawi di atas, siapa pun dianjurkan untuk melaksanakan berbagai jenis amalan sebanyak-banyaknya di bulan Dzulhijjah khususnya puasa 9 hari di awal bulan.
Dalam Hadis lain, saking penasarannya sahabat tentang keutamaan beramal sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, mereka bertanya kepada Rasulullah SAW. “Apakah jihad juga tidak sebanding dengan beramal pada 10 hari tersebut? Rasulullah SAW. menjawab: Tidak, kecuali ia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (mati syahid)”. (H.R. Ibnu Majah).
Dengan demikian, Rasulullah SAW. menyetarakan pahala beramal di 10 hari Dzulhijjah dan mati syahid. Karena konteks negara kita (dalam hal ini, Indonesia) bukan peperangan, saat-saat ini sedang dalam kondisi aman dan damai, tentu memperbanyak amalan di bulan Dzulhijjah terutama puasa, lebih diprioritaskan.