Anis Matta: Masalah COVID-19 Miliki Dimensi Geopolitik

6 Juli 2021, 16:12 WIB
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan masalah COVID-19 saat ini memiliki dimensi geopolitik yang sangat tinggi karena kemungkinan terburuknya digunakan sebagai senjata biologi dalam konflik tersebut. /Foto: Dok. Gelora.

WARTA LOMBOK - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan masalah COVID-19 saat ini memiliki dimensi geopolitik yang sangat tinggi karena kemungkinan terburuknya digunakan sebagai senjata biologi dalam konflik tersebut.

"Kemungkinan yang buruk, yaitu COVID-19 ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik," kata Anis Matta dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Anis Matta mengatakan COVID-19 ini datangnya dari China dan Indonesia juga menggunakan vaksin dari negara tersebut. Menurut dia, makna geopolitiknya adalah Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama juga menjadi konsumen.

Anis mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa dari empat kekuatan utama dunia, yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, Rusia, China dalam memproduksi vaksin.

Baca Juga: Tanah Longsor Hantam Jepang, Puluhan Orang Hilang dan Diduga Tewas

"Kita juga lihat di sini ada 'racing' atau perlombaan dari paling tidak empat kekuatan dunia yaitu, Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China dalam produksi vaksin," ujarnya.

Namun, dia mengaku belum mengetahui apakah industri vaksin itu akan menjadi salah satu "leading" industri di masa yang akan datang.

Karena itu, menurut dia, tidak begitu mengherankan apabila saat ini terjadi disinformasi luar biasa mengenai informasi COVID-19 yaitu informasi saintifik telah bercampur dengan informasi hoaks yang begitu cepat menyebar di masyarakat.

Baca Juga: Jaksa Agung Perintahkan Jajarannya Awasi Program PPKM Darurat Jawa-Bali

"Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan, karena ada instrumen pertarungan kepentingan global," katanya.

Selain itu, Anis Matta menilai bahwa persoalan paling besar yang dihadapi bangsa Indonesia di masa pandemi ini, yaitu ketidakpastian informasi tentang Covid-19 yang simpang-siur.

Menurutnya, itu terjadi akibat banyaknya informasi saintifik bercampur informasi hoaks yang begitu cepat menyebar di tengah masyarakat, serta pengetahuan dokter tentang masalah Covid-19 yang masih terbatas.

Anis Matta menyebutkan bahwa hal tersebut menimbulkan adanya serangan besar terhadap optimisme.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa diperlukan pendekatan keagamaan karena agama adalah sumber optimisme, bukan sumber fatalisme.

Baca Juga: Kapal Ever Given Bakal Dibebaskan 7 Juli Nanti, Usai Nyangkut di Terusan Suez

"Agama menjadi langkah awal untuk memahami persoalan Covid-19 dan dapat menjauhkan diri dari sikap fatalis. Agama harus jadi sumber optimisme dan otorisasi sains jadi referensi utama menghindarkan disinformasi publik," katanya.

Anis Matta mengutip dalil yang menyebutkan bahwa Allah swt tidak pernah menurunkan suatu penyakit, tetapi juga bersamanya menurunkan obatnya.

Menurutnya, agama menyuruh manusia bergantung pada Sang Pencipta, termasuk mencari kesembuhan dan obat dari penyakit Covid-19.

"Kemudian mengikuti seluruh rekomendasi dokter dan para saintis yang berhubungan dengan penyakit itu. Jadi, makna tawakal tidak boleh jadi sumber fatalisme, tetapi justru menjadi sumber optimisme. Di sinilah kita melangkah untuk menghadapi persoalan ini," katanya.***

Editor: M. Syahrul Utama

Sumber: Keterangan tertulis

Tags

Terkini

Terpopuler