75 Persen Ekspor Berupa Produk Manufaktur, Kemenperin Fokus Hilirisasi

- 26 Juni 2021, 13:56 WIB
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Fokus untuk Menjalankan Kebijakan Hilirisasi Industri Karena Memberikan Dampak yang Luas Bagi Perekonomian Nasional.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Fokus untuk Menjalankan Kebijakan Hilirisasi Industri Karena Memberikan Dampak yang Luas Bagi Perekonomian Nasional. /Twitter.com/@Kemenperin_RI

Pada Mei 2021, sektor industri makanan kembali menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri pengolahan non-migas, yaitu sebesar 3,25 miliar dolar AS. Kemudian diikuti oleh sektor logam dasar (2,34 miliar dolar AS), bahan kimia dan barang dari bahan kimia (1,49 miliar dolar AS), komputer, barang elektronik, dan optik (633,9 juta dolar AS), serta kertas dan barang dari kertas (580,6 juta dolar AS).

“Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada bulan Mei 2021 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar 2,25 miliar dolar AS, atau memberi kontribusi sebesar 69,13 persen, naik dibandingkan bulan April 2021 yang mencapai 61,67 persen,” paparnya.

Terjadi peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya, yaitu produk minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, bahan kimia, bahan bakar terbarukan/Biodiesel FAME, dan material canggih substitusi petro-based material.

“Tahun 2010, perbandingan rasio ekspor bahan baku dengan produk turunan, yakni 80% : 20 persen. Sedangkan, pada 2020, perbandingannya menjadi 12 persen banding 88 persen. Ini merupakan indikator keberhasilan program hilirisasi industri,” ungkap Menperin.

Ekspor bahan baku CPO/CPKO berkurang karena diproses dan diekspor sebagai produk hilir, termasuk bahan baku Biodiesel Program B30.

Baca Juga: Oposisi Minta Darurat Malaysia Hanya Sampai Agustus

“Indonesia telah bertransfomasi tidak hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah CPO/CPKO, tetapi menjadi pengekspor produk hilir bernilai tambah,” imbuhnya.

Sementara itu, jenis ragam produk hilir yang dihasilkan industri dalam negeri, dari yang semula 126 produk pada tahun 2014, meningkat menjadi 170 produk pada tahun 2020, yang didominasi oleh produk bahan pangan dan bahan kimia dari sumber terbarukan.

Di sisi lain, ekspor perhiasan pada tahun 2020 mencapai 1,47 miliar dolar AS. Industri perhiasan emas memiliki nilai ekonomi yang sangat besar bila dilihat dari hulu sampai hilir. Indonesia menduduki peringkat keenam dunia untuk produksi perhiasan emas.

Baca Juga: DJPb Bali Catat Penyaluran KUR hingga Mei Capai Rp2,7 triliun

Halaman:

Editor: M. Syahrul Utama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x