WARTA LOMBOK - Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban jelaskan terkait meningkatnya angka kematian akibat Covid-19.
Jumlah kematian akibat Covid-19 yang telah melebihi 100 ribu jiwa menjadi kekhawatiran utama masyarakat Indonesia.
Profesor Zubairi mengungkapkan bahwa kondisi pandemi selama dua bulan terakhir menjadi jawaban dari tingginya angka kematian akibat Covid-19.
Baca Juga: Buntut Body Shaming kepada Atlet Indonesia, Nurul Akmal: Saya Tidak Apa-Apa
Dikutip wartalombok.com dari akun Twitter Zubairi Djoerban @ProfesorZubairi pada 6 Agustus 2021, antrian panjang pasien Covid-19 mencari tempat tidur di rumah sakit selama dua bulan terakhir.
Angka kematian yang tinggi juga dikarenakan kurangnya pasokan oksigen serta pasien isoman yang kurang tertangani.
Fakta di lapangan mengungkapkan bahwa kondisi rumah sakit mengalami kekurangan oksigen dan rumah sakit terisi jauh melebihi kapasitas jumlah pasien.
Hal tersebut mengakibatkan rumah sakit kesulitan untuk merawat pasien secara intens, bahkan merasa kewalahan.
Bahkan sejumlah puskesmas serta masyarakat mengaku bahwa rumah sakit sulit untuk dihubungi, sehingga menunda perjalanan ambulan dari puskesmas ke rumah sakit.
Penanganan pasien yang terlambat juga menjadi salah satu penyebab bertambahnya angka kematian akibat Covid-19.
“Jadi, saya mohon banget, hotline di rumah sakit itu dibuka dan direspons. Karena ambulans dari puskesmas baru bisa berangkat kalau rumah sakit yang dituju memberi jaminan,” tulis Zubairi dalam cuitannya.
Baca Juga: Pria di Jepang Sebar Teror Bunuh Wanita yang Nampak Bahagia, Memilih Targetnya Secara Acak
Profesor Zubairi juga mengungkapkan bahwa banyaknya pasien isoman yang tidak memiliki pengetahuan cukup untuk menjalani proses isolasi mandiri sehingga butuh dampingan dari dokter.
Dampingan dari dokter selama proses isolasi mandiri dinilai cukup membantu masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan cukup.***