Wisata Religi di Masjid Kuno Rembitan Pujut Lombok Tengah, Tidak Jauh dari Area KEK Mandalika Lombok

- 12 November 2020, 22:01 WIB
Masjid Kuno Rembitan Pujut Lombok Tengah Berdiri Akhir Abad ke-16
Masjid Kuno Rembitan Pujut Lombok Tengah Berdiri Akhir Abad ke-16 /Instagram/@anomharyacom

Baca Juga: 6 Wisata Pantai di Lombok yang Memikat dan Wajib Dikunjungi versi IDN Times

Ornamen burung kecil, burung perkutut menurut keterangan pengurus masjid, di masjid Rambitan, menunjukkan bahwa masjid ini terkait dengan tokoh tertentu dalam sejarah Islam tradisional di pulau Lombok. Perkutut dalam pengucapan orang Sasak adalah pethuk sehingga terdengar tuthuk yang berarti “penghabisan”.

Burung adalah amsal pencapaian ruhani dalam khazanah tasawuf Islam. Ibnu Arabi dalam kitab Tarjumanul Asywaq membahas burung Thawus atau Cendrawasih sebagai perlambang dari keruhanian manusia,satu-satunya aspek terpenting mansia yang mampu menembus lapisan langit kegaiban, atau perlambang ibadah sebagai mikraj manusia.Dalam terjemah Nusantara, burung-burung pada masjid merujuk pada capaian ruhani para pendirinya.

Dalam kepercayaan masyarakat Rambitan sendiri, masjid mereka tidak bisa dilepaskan dari sosok historis dalam sejarah Islam tradisonal Lombok, yakni Wali Nyatok yang dimakamkan tidak jauh dari letak masjid Rambitan.

Baca Juga: Seminar Budaya Belanjakan, Mengangkat Warisan Budaya yang Terlupakan di Gumi Sasak

Makam Wali Nyatok tercatat salah satu kuburan yang paling ramai dikunjungi umat Islam di Lombok. Dibuka sekali dalam sepekan, pada hari Rabu, sesuai dengan wasiatnya kepada para pengikutnya.

Nyatok kadang diartikan “nyata” tetapi bisa juga berarti “satu” atau “nyatu” atau wahdat, mengingatkan pada gelar yang disandang oleh Sunan Bonang, salah satu Wali Songo, yang dimakamkan di Tuban, Jawa Timur.

Mendiang TGH Najmudin Makmun, ulama Lombok kenamaan, menyebutkan kedatangan dua pemuda dari Jawa pada abad 15 Masehi ke Lombok dalam rangka menyebarkan Islam, yakni
Raden Dateng dan Raden Farnas.

Keduanya diasuh oleh suami-istri bernama amak dan inak Buthuh. Raden Dateng kemudian dikenal sebagai Wali Nyatok. 

Para sejarawan Sasak mengkaitkan kedatangan dua wali dari Jawa tersebut dengan sosok Sunan Giri Prapen, Gresik, yang disebut sebagi tokoh tunggal penting penyebar Islam di pulau Lombok dan Indonesia Timur lainnya.

Halaman:

Editor: LU Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah