WARTA LOMBOK - Banyak penentang kudeta mengecam China karena menolak mengutuk pengambilalihan atau kekerasan terhadap pengunjuk rasa di Myanmar.
Otoritas Myanmar mengumumkan darurat militer di beberapa bagian Yangon setelah beberapa pabrik garmen milik China dibakar pada hari Minggu.
Hal ini karena Beijing mendukung militer untuk kudeta sehingga mengancam ekonomi negara yang rapuh.
Baca Juga: Biarawati Berlutut Pada Pasukan Keamanan, Polisi Myanmar: Meminta Maaf Mengatakan Bahwa Itu Tugas
Sedikitnya 38 orang tewas pada hari Minggu ketika pasukan keamanan di Myanmar.
Mereka menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta dalam upaya terus mereka untuk menghancurkan demonstrasi yang menyerukan pemulihan pemerintahan terpilih.
Kedutaan Besar China di Yangon mengutuk serangan itu sebagai sangat keji dan mendesak otoritas Myanmar untuk menghentikan kekerasan, menghukum para pelaku dan melindungi bisnis dan orang-orang China di negara itu.
Menurut Kedutaan Besar, beberapa pabrik yang didukung Tiongkok dihancurkan dan dibakar, sementara banyak warga Tiongkok terluka.
"Kami mendesak rakyat Myanmar untuk mengungkapkan tuntutan mereka dengan cara yang sah, dan menghindari dihasut dan dieksploitasi untuk merusak kerja sama persahabatan antara China dan Myanmar," kata Kedutaan.