WARTA LOMBOK - Nabi Musa 'alaihissalam berbeda pendapat dengan saudaranya sendiri, Nabi Harun 'alaihissalam, khususnya dalam pendekatan dakwah kepada bangsa mereka, Bani Israil.
Nabi Musa pernah berselisih dengan saudaranya, Nabi Harun alaihimassalam. Perselisihan itu bukan hanya sebatas perang kata-kata, bahkan sampai Musa menarik rambut di kepala dan jenggot saudaranya itu dengan marah dan kecewa.
قال يا هارُونُ ما منعك إِذ رأيتهُم ضلُّوا ألا تتّبِعنِ أفعصيت أمرِي
Baca Juga: Perbedaan Pendapat Para Ulama Tidak pada Masalah Prinsip, Berikut Penjelasannya
Baca Juga: Perbedaan Pendapat Sahabat Nabi tentang Shalat Ashar di Bani Quraidhah
Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, . (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (QS. Thaha : 92-93).
ولمّا رجع مُوسى إِلى قومِهِ غضبان أسِفًا قال بِئسما خلفتُمُونِي مِن بعدِي أعجِلتُم أمر ربِّكُم وألقى الألواح وأخذ بِرأسِ أخِيهِ يجُرُّهُ إِليهِ قال ابن أُمّ إِنّ القوم استضعفُونِي وكادُوا يقتُلُوننِي فلا تُشمِت بِي الأعداء ولا تجعلنِي مع القومِ الظّالِمِين
"Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia, "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musa pun melemparkan luh-luh itu dan memegang kepala saudaranya sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata, "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim." (QS. Al-A'raf: 150).
Nabi Harun saudaranya itu pun menjawab:
قال يا ابن أُمّ لا تأخُذ بِلِحيتِي ولا بِرأسِي إِنِّي خشِيتُ أن تقُول فرّقت بين بنِي إِسرائِيل ولم ترقُب قولِي
Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata, "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku". (QS. Thaha: 94).
Baca Juga: Penjelasan Fiqih Ikhtilaf Menurut Bahasa serta Jenisnya
Baca Juga: Aturan Batasan Aurat Wanita Muslimah di Depan Sesama Muslimah, Non Muslim dan Ketika Sholat
Dalam dimensi yang lain, Surat Al-Kahfi menceritakan bagaimana Nabi Musa 'alaihissalam, lagi-lagi berbeda pendapat dengan Nabi Khidhir 'alaihissalam.
قال هذا فِراقُ بينِي وبينِك سأُنبِّئُك بِتأوِيلِ ما لم تستطِع عّليهِ صبراً
Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS. Al-Kahfi: 78).
Demikian penjelasan perbedaan pendapat Nabi Musa, Nabi Harun dan Nabi Khidir dalam pendekatan dakwah kepada bangsa mereka Bani Israil, semoga bermanfaat.***