WARTA LOMBOK – Disebut tahun duka-cita karena hanya dalam satu tahun itu Nabi Muhammad SAW kehilangan dua orang yang teramat dicintainya, yaitu Abu Thallib sang paman yang sudah mirip seperti ayahanda sendiri dan Khadijah istri tercinta dan satu-satunya.
Dua sosok yang mengisi relung hati, begitu keduanya pergi di waktu yang berdekatan, kosongnya relung itu menganga, meninggalkan luka yang teramat perih. Lebih perih dari sembilu. Maka wajar bila tahun itu dikenang sebagai tahun kesedihan yang mendalam, tahun duka cita.
Dikutip wartalombok.com dari buku Khadijah Al-Kubra radiyallahuanha, yang lebih mengenaskan lagi, kematian Khadijah terjadi saat kondisi dakwah lagi sulit-sulitnya, karena saat itu Bani Hasyim sedang menjalani lockdown alias diboikot dan dikucilkan secara fisik.
Baca Juga: Ketika Nabi Muhammad Shock Menerima Wahyu, Ternyata Ini Peran Khadijah yang Sangat Luar Biasa
Entah setan mana yang merasuki qabilah-qabilah Quraisy hingga tega-teganya mereka menyepakati perjanjian muqathaah kepada sesama saudara mereka sendiri, Bani Hasyim.
Surat pengusiran itu mereka gantung ramai-ramai di Ka’bah, seolah apa yang mereka lakukan itu sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Dengan ditempelkan surat keji itu pada dinding atau pintu Ka’bah tentu saja menodai kesucian Ka’bah yang mereka puja.
Baca Juga: Menakjubkan, Berikut Jumlah Mahar Nabi Muhammad Kepada Khadijah dan Jumlah Anak dari Perkawinannya