Menurut Gus Baha, perlu perhitungan-perhitungan hukum yang matang.
“Apa artinya Ramadhan jika memakan riba atau hal haram, kemudian membicarakan orang lain,” tuturnya. Ulama asal Rembang itu menambahkan, hukum-hukum tentang puasa, selain hukum dasar fikih yaitu tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, juga harus memakai hukum ilmu tasawuf," kata dai asal Rembang itu.
Gus Baha juga mengatakan seorang muslim harus menjauhi berbagai perbuatan buruk yang dibenci oleh Allah.
“Seperti menjauhi riba, ghibah, dan namimah. Caranya agar bisa husnudzan kepada orang lain adalah melihat semuanya berdasarkan takdir Allah. Kita baik, tapi juga bisa buruk. Nah, yang sekarang buruk bisa jadi suatu saat jadi baik,” jelasnya.
Gus Baha menegaskan, manusia tidak diutus Allah SWT untuk meneliti orang lain. Dengan mental demikian, di bulan Ramadhan kita lebih fokus mencari ridha Allah SWT dan mendoakan orang mukmin semuanya.
Baca Juga: SEGERA SIAPKAN DIRI! Memburu Malam Seribu Bulan, Berikut Keistimewaan Lailatut Qadr
“Itu persiapan penting dalam mencari Lailatul Qadar,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof M Quraish Shihab juga berbicara tentang Lailatul Qadar. Menurutnya, Lailatul Qadar adalah tamu agung yang tidak akan berkunjung kepada seseorang yang tidak diyakini bisa menyambutnya dengan baik.
“Orang yang dikunjungi Lailatul Qadar adalah orang yang siap untuk dikunjungi. Persiapan itu selama ini terkadang terlambat,” ungkap Prof Quraish.
Penulis Tafsir Al-Misbah itu mengungkapkan, semestinya sebelum malam 27 Ramadhan sudah ada persiapan.