Hanya, api ini padam saat Nabi Muhammad SAW lahir. Dalam satu riwayat Imam al-Baihaqi disebutkan:
لما كانت الليلة التي ولد فيها رسول الله صلى الله عليه وسلم ارتجس إيوان كسرى، وسقط منه أربع عشرة شرفة، وخمدت نار الفرس، ولم تَخمُد قبل ذلك بألف عام، وغاضت بحيرة سَاوة
Baca Juga: Keutamaan Waktu Bakda Ashar di Hari Jumat
Artinya: “Pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw, balkon istana Kisra runtuh, 14 gereja runtuh, api (sesembahan Majusi) di Persia padam yang sebelumnya menyala selama 1000 tahun, dan gereja Bahira ambles ke tanah.”
Menurut Imam az-Zurqani, selain diriwayatkan Imam al-Baiqahi, hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim al-Khara’iti, Ibnu ‘Asakir, dan Ibnu Jarir ath-Thabari, yang semua sanadnya sampai kepada Hani al-Makhzumi (Imam Abu Abdilah az-Zurqani, Syarh Mawahibul Ladduniyyah, 2012: juz I, halaman 228).
Lahir dalam Keadaan Sujud
Jika bayi pada umumnya lahir dalam keadaan menangis dan belum bisa apa-apa, lain lagi dengan Nabi Muhammad yang lahir dalam keadaan sujud.
Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam Khasaishul Kubra melaporkan bahwa begitu keluar dari rahim Siti Aminah, Nabi Muhammad sujud lalu mengangkat kedua tangannya seperti orang berdoa. (Jalaluddin as-Suyuti, Khasaishul Kubra, 2017: 82).
Lahir dalam Keadaan Sudah Dikhitan
Salah satu kewajiban bagi setiap laki-laki adalah melakukan khitan setelah mencapai usia baligh, meskipun sebaiknya dilakukan lebih dini pada usia kurang lebih tujuh tahun.