Mereka lantas menemukan bahwa di antara mereka yang dites positif, 9,8% adalah perokok terhadap 19% dari keseluruhan populasi.
Kebiasaan merokok sebelumnya juga tampak memberi manfaat, karena 11,7% dari mereka yang dites positif adalah mantan perokok terhadap 13,9% pada populasi
umum.
Oleh karena itu, mereka yang sebelumnya merokok ditemukan memiliki risiko terkena virus 19% lebih rendah.
Hasil ini tampaknya bertahan bahkan ketika kondisi yang ada penyakit bawaan juga turut diperhitungkan.
Baca Juga: Juliari P Batubara Jalani Pemeriksaan Perdana Dengan Rompi Tahanan
Dari mereka yang melakukan tes positif, tidak ada bukti bahwa merokok memperburuk gejala penyakit.
"Besarnya hubungan yang diamati untuk merokok saat ini, dengan kemungkinan infeksi berkurang sekitar setengah pada perokok, menunjukkan efek perlindungan asli dari merokok pada risiko COVID-19," ungkap sang peneliti.
Beberapa peneliti juga melihat nikotin sebagai terapi potensial untuk Covid-19.
Mereka memberikan plester nikotin kepada pasien untuk melihat apakah efektif mengurangi sampel virus dan tingkat keparahan virus corona.
Baca Juga: Akhirnya Gading Marten dan Gisel Kembali Bersama dalam Momen Natal