Mudik Dilarang, Sosiolog: Tempat Wisata Juga Ditutup Agar Tidak Terkesan Setengah Hati

- 9 Mei 2021, 16:30 WIB
Suasana di salah satu pelabuhan penyebrangan.
Suasana di salah satu pelabuhan penyebrangan. /Tangkapan layar YouTube

WARTA LOMBOK - Sosiolog Universitas Udayana, Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan larangan mudik yang berlaku mulai 6 hingga 17 Mei 2021, agar kebijakan tersebut tidak terkesan setengah hati.

Ia menilai pemerintah harus mengambil kebijakan untuk menutup tempat-tempat wisata bersamaan dengan adanya larangan mudik.

"Sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan tenggang waktu larangan mudik sehingga kebijakan untuk mencegah naiknya kasus COVID-19 tidak terkesan setengah-setengah," kata Wahyu.
 
 
Ia mengatakan jika dalam penerapan kebijakan larangan mudik terjadi penolakan, dan wisata ditutup, pemerintah bisa memberikan bantuan bagi pelaku industri seperti pemberian insentif bagi sektor jasa transportasi.
 
"Bisa jadi yang paling menolak kebijakan ini adalah pelaku bisnis pariwisata (jika wisata ditutup) dan sempat ada wacana pemerintah memberikan insentif bagi sektor jasa transportasi. Pemerintah juga bisa memberikan bantuan untuk pelaku industri pariwisata supaya resistennya tidak terlalu keras," katanya.
 
Selain kebijakan larangan mudik, sektor transportasi juga diminta tidak beroperasi selama 6 sampai 17 Mei 2021, untuk menekan penyebaran COVID-19. Kata Wahyu situasi ini juga akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi jasa transportasi.
 
"Tetapi kemarin ada wacana yang cukup baik dari pemerintah untuk memberikan insentif bagi sektor jasa ini guna mengurangi kerugian atau berkurangnya pemasukan akibat larangan mudik," katanya.
 
Ia mengatakan larangan mudik diperkirakan akan sulit terealisasi karena adanya faktor budaya dan tradisi yang kuat.
 
Hal tersebut disebabkan tradisi mudik sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya dalam masyarakat kita untuk berkumpul bersama keluarga besar pada hari-hari besar keagamaan.
 
"Namun, pada masa pandemi ini, masyarakat harus terus dirasionalkan dan diingatkan bahwa pulang ke kampung halaman, apalagi menggunakan kendaraan umum, sangatlah berisiko," katanya.
 
Menurutnya, tidak wajar jika masa pandemi ini masih ada yang nekat untuk mudik, karena kasus COVID-19 di tanah air masih fluktuatif, bahkan belum pernah berkurang secara signifikan.
 
"Jika kita melihat kasus di negara-negara lain yang justru kembali mengalami kenaikan, Jerman misalkan, baru saja kembali melakukan kebijakan lockdown," katanya.
 
Menutup tempat-tempat wisata disaat adanya larangan mudik dinilai sebagai kebijakan yang tepat karena potensi masyarakat untuk berkerumun di tempat-tempat wisata sangat mungkin terjadi.
 
Jika hal tersebut dibiarkan, akan akan muncul kesan pemerintah setengah hati dan lalai dalam upaya menekan laju penyebaran Covid-19.***

Editor: Herry Iswandi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x