Pahlawan Nasional Asal NTB, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Sang Mentari dari Timur

- 10 November 2020, 08:09 WIB
Pahlawan Nasional Asal NTB TGKH Muhammad Zaenudin Abdul Majid
Pahlawan Nasional Asal NTB TGKH Muhammad Zaenudin Abdul Majid /Instagram/@nwonline_id

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Mulai Disalurkan Senin, 9 November 2020. Segera Cek Rekening Anda!

Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, ia mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/ 1 Maret 1953 M.

Pada zaman penjajahan, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus ia bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan Al Mujahidin”.

Gerakan ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya dipulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Pada tanggal 7 Juli 1946 TGH Muhammad Faizal Abdul Majid, adik kandung TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong.

Dalam penyerbuan ini adiknya gugur bersama dua orang santri NWDI sebagai syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong Lombok Timur.

Pada zaman penjajahan Jepang, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua Madrasah tersebut. Alasannya, kedua Madrasah ini digunakan sebagai tempat menyusun taktik dan strategi untuk menghadapi penjajahan. Selain itu, madrasah dianggap sebagai wadah yang berindikasi bangsa asing karena diajarkannya Bahasa Arab di kedua Madrasah ini.

Kepada Jepang ia menyatakan beberapa penjelasan. Dikatakannya, Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran, bahasa Islam, dan bahasa umat Islam, bahasa yang dipakai dalam melaksanakan ibadah.

Kata Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, ibadah umat Islam menjadi rusak kalau tidak menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di Madrasah NWDI dan NBDI. Di kedua madrasah ini juga dididik calon-calon Penghulu dan Imam yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur peribadatan dan perkawinan umat islam.

Setelah mendengar penjelasan ia, segeralah pemerintah Jepang yang ada di Pulau Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama kemudian terbitlah Surat Keputusan di Singaraja dalam bentuk kawat surat, yang berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI dibenarkan untuk tetap dibuka, dengan ketentuan supaya nama Madrasah tersebut diubah menjadi Sekolah Penghulu dan Imam”.

Dalam melakukan pengajaran, hal yang paling diingat dari sosok TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah pendekatan yang dilakukan selalu bernilai paedagogik, dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Ia tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani.

Halaman:

Editor: LU Ali

Sumber: Buku Visi Kebangsaan Religius


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah