Pahlawan Nasional Asal NTB, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Sang Mentari dari Timur

- 10 November 2020, 08:09 WIB
Pahlawan Nasional Asal NTB TGKH Muhammad Zaenudin Abdul Majid
Pahlawan Nasional Asal NTB TGKH Muhammad Zaenudin Abdul Majid /Instagram/@nwonline_id

Ia pun selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jamaah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala ia memberikan fatwanya, selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan santrinya.

Dunia Politik

Pada 1945, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menjadi pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok dan pada tahun 1946 menjadi pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949, ia pun aktif di dunia politik. Ia menjadi anggota Konstituante hasil Pemilu 1955 dari Partai Masyumi.

Lewat siding-sidang konstituante lah, ia mengenal sosok M. Natsir yang ia kagumi. Paska jatuhnya kekuasaan Sukarno, ia bergabung ke Golkar dan memobilisasi dukungan ulama Lombok untuk pemenangan Golkar pada pemilu 1971.

Memasuki dekade awal 1980-an, tatkala hubungan Golkar dan umat Islam mulai menunjukkan ketidakharmonisan, ia pun memilih berhenti menjadi manajer kampanye Golkar, setalah pada rentang 1972-1982, ia sempat menjadi anggota MPR RI.

Lepas dari dunia politik, Zainuddin kembali aktif di dunia Pendidikan, dunia yang tak pernah benar-benar ia tingalkan. Sebut saja, pada tahun 1974, ia mendirikan Ma'had li al-Banat. Kemudian, pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi, 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzanwadi, 1978 mendirikan STKIP Hamzanwadi dan pada 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Hamzanwadi

Kemudian, pada tahun 1982, ia mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi, pada 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dan 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi selanjutnya, pada 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Hamzanwadi, 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri dan pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi

Kesederhanaan

Sikap hidup kesederhanaan yang dianutnya, membuat ia selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya, tanpa mengurangi kewibawaan dan kharisma yang ia miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, didengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak.

Untuk melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang, ia pun sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan.

Halaman:

Editor: LU Ali

Sumber: Buku Visi Kebangsaan Religius


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah