Namun seperti kita ketahui komputasi berbasis kecerdasan buatan membutuhkan beban komputasi yang lebih berat daripada metode konvensional, maka tantangan bagi peneliti adalah dapat secara mandiri mendesain dan mengimplementasikan laboratorium yang memiliki mesin pengolah data yang lebih canggih, misalkan parallel computing atau komputer klaster.
Pendekatan deterministik dan probabilistik pun secara masif terus dikaji, tidak ada riset yang mengklaim bahwa salah satu pendekatan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik.
Baca Juga: Bagi Penderita Jantung, Buah Pepaya Bisa Jadi Alternatif Pengobatan
Berkembangnya sistem komputasi cerdas pun saat ini belum optimal dapat memberikan solusi terbaik, dikarenakan terkendala pada mesin pemroses data yang memerlukan keberadaan super komputer, dan untuk lembaga riset di negara berkembang masih sulit diimplementasikan.
Berkembangnya sistem komputasi cerdas tidak berarti menggeser metode komputasi konvensional yang berbasis pendekatan deterministik, justru menjadi peluang menggabungkan metode komputasi konvensional dan komputasi berbasis kecerdasan buatan.
Metode komputasi konvensional memiliki keunggulan dalam kecepatan menghitung sehingga waktu menuju konvergensinya menjadi cepat, sedangkan metode komputasi cerdas memiliki kemampuan menangani permasalahan yang bersifat nonlinear dan sangat kompleks. Maka jika keduanya digabungkan akan menjadi saling melengkapi. (Prof. Dr. Ade Gaffar Abdullah, S.Pd., M.Si)***(pikiran-rakyat.com/ Native)