Surat Cinta Terlarang Kepada Presiden Jokowi atas Pengesahan UU Cipta Kerja

7 Oktober 2020, 08:51 WIB
Ilustrasi Surat Cinta Terlarang /Dok. pexels.com

WARTA LOMBOK - UU Cipta Kerja jadi perbicangan di semua level kehidupan saat ini,mulai dari tongkrongan pasar, tongkrongan kopi mahasiswa dan level tongkrongan mewah seantero republik ini.

Jaswanto, salah seorang penulis yang melakoni juga menjadi Petani mengatakan bahwa negeri kita ini sedang sakit, para pemimpin tidak lagi mendengarkan rintihan rakyat-rakyatnya. oleh sebab itu, saya ingin menyampaikan Surat Cinta Terlarang untuk Jokowi. pungkasnya.

Adapun surat cinta terlarang pujangga yang juga mantan aktivis HMI ini, yaitu:

Baca Juga: Program 1 Juta Masker JPS Gemilang Pemprov NTB, Tidak Bisa Menyerap Hasil Produksi Masker UMKM

TERIMA KASIH,
PRESIDEN JOKOWI

Terima kasih, pemimpin besar Joko Widodo. Terima kasih telah menunjukkan pada orang-orang, betapa pesatnya laju ekonomi atas pembangunan infrastrukturmu sehingga iklim investasi dan bisnis menjadi lebih menarik.

Tapi bukan cuma itu alasan saya mengucapkan terima kasih padamu. Selama dua periode memimpin, telah kautunjukkan banyak hal penting lainnya pada dunia; karenanya, kau pantas saya beri ucapan terima kasih.

Maka saya ingin menghaturkan terima kasih dengan mengingat sebuah puisi dari seorang penyair yang dihilangkan rezim sebelum kamu. "Maka hanya ada satu kata: lawan!" Kata penyair itu.

Baca Juga: Reaksi Menaker Ida Fauziyah atas Pengesahan UU Cipta Kerja

Terima kasih telah menunjukkan bahwa Papua dan orang-orangnya adalah bagian dari Indonesia, meski banyak kekerasan di sana.

Terima kasih telah mencelikkan mata dunia tentang jurang pemisah antara keputusan-keputusan yang dibuat para penguasa dan keinginan-keinginan rakyat.

Terima kasih telah menjelaskan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat tidak ambil pusing sedikit pun, atau menunjukkan rasa hormat secuil pun, terhadap suara-suara yang mereka peroleh. DPR cuek bebek saja bahwa dua ormas Islam terbesar, akademisi, buruh, masyarakat adat, mahasiswa, dan pakar hukum, menolak UU Cipta Kerja.

Terima kasih telah mengirim diplomat muda Indonesia Silvany Austin Pasaribu yang mempermalukan Republik Vanuatu di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga: Pelajar Dapat Subsidi Kuota Gratis Sebesar 50GB dari Pemerintah

Terima kasih atas pernyataan retorikmu bahwa "Penyelenggaraan pilkada harus tetap dilakukan dan tidak bisa menunggu sampai pandemi berakhir, karena memang kita tidak tahu, negara mana pun tidak tahu kapan pandemi Covid ini berakhir," sehingga rakyat yang paling enggan pun ikut melanggar protokol.

Terima kasih telah membuat kami merasa, sekali lagi, bahwa meskipun kata-kata kami mungkin tidak didengar, tapi setidaknya telah diucapkan. Ini akan menguatkan kami di masa depan.

Terima kasih telah menyepelekan kami, memarjinalkan kami semua yang menentang keputusanmu, sebab masa depan bumi ini ada di tangan mereka yang terpinggirkan.

Terima kasih karena tanpa dirimu kami takkan menyadari kemampuan kami untuk memobilisasi. Kali ini manfaatnya belum terasa, tetapi lain kali pasti berguna.

Berhubung sekarang genderang perang sudah ditabuh, saya ingin mengutip tulisan Paulo Coelho tentang ucapan seorang raja Eropa kepada lawannya: "Semoga pagi harimu indah dan sang surya menyinari perisai pasukan-pasukanmu, sebab siang nanti aku akan menaklukkanmu."

Baca Juga: Sim Gratis POLDA NTB Untuk Putra-Putri TNI di HUT Ke-75

Terima kasih telah membuat kami---balatentara tanpa nama yang berbaris di jalanan-jalanan untuk menghentikan proses yang sudah berlangsung---mencicipi rasanya menjadi tak berdaya, dan belajar untuk bergulat dengan perasaan itu serta mengubahnya.

Jadi, nikmatilah pagi harimu dan kejayaan apa pun yang mengiringinya.

Terima kasih untuk tidak mendengarkan dan tidak menanggapi kami dengan sungguh-sungguh; tapi kami mendengarmu dan kata-katamu tidak kami lupakan.

Terima kasih, pemimpin besar, Joko Widodo.

Terima kasih banyak.

Jaswanto
Dusun Karang Binangun, 2020. Ditulis setelah selesai menanam jagung di ladang dengan tangan yang lecet dan perih.

"Ini adalah ungkapan anak petani desa yang cinta akan kedamaian negeri ini."tutup Jaswanto.***

Editor: Mamiq Alki

Tags

Terkini

Terpopuler