Rusia Menolak Perlucutan Senjata Nuklir dengan PBB

28 Agustus 2022, 07:00 WIB
Sebuah pemandangan menunjukkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia dalam konflik Ukraina-Rusia di luar kota Enerhodar yang dikuasai Rusia di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina 22 Agustus 2022. /REUTERS/Alexander Ermochenko

WARTA LOMBOK - Rusia telah memblokir adopsi deklarasi bersama tentang perjanjian perlucutan senjata nuklir dengan PBB.

Igor Vishnevetsky selaku wakil direktur Departemen Non-Proliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan draft akhir yang panjangnya lebih dari 30 halaman tidak memiliki keseimbangan.

“Delegasi kami memiliki satu keberatan utama pada beberapa paragraf yang secara terang-terangan bersifat politis,” ujar Igor dikutip wartalombok.com dari Al Jazeera, 28 Agustus 2022.

Baca Juga: Makin Nekat! Rusia Ancam Memutus Aliran Listrik Tenaga Nuklir di Ukraina

Igor seraya menambahkan bahwa Rusia bukan satu-satunya negara yang mempermasalahkan rancangan teks tersebut.

Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) yang ditinjau oleh 191 penandatangan setiap lima tahun, bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir.

Langkah ini mempromosikan perlucutan senjata lengkap dan mempromosikan kerja sama dalam penggunaan energi nuklir secara damai.

Negara-negara telah berkumpul di markas besar PBB di New York sejak 1 Agustus untuk berpartisipasi dalam satu bulan negosiasi, termasuk sesi terakhir yang ditunda selama beberapa jam pada hari Jumat lalu.

Presiden konferensi tersebut, Gustavo Zlauvinen dari Argentina, mengatakan pihaknya tidak dalam posisi untuk mencapai kesepakatan setelah Rusia mempermasalahkan teks tersebut.

Baca Juga: Rugi Besar, Putin Menambah Jumlah Militer di Ukraina

Draf teks terbaru telah menyatakan keprihatinan besar atas kegiatan militer di sekitar pembangkit listrik Ukraina termasuk Zaporizhzhia serta atas hilangnya kendali Ukraina atas situs-situs tersebut dan efek negatifnya terhadap keselamatan.

Para penandatangan membahas sejumlah topik hangat lainnya selama konferensi, termasuk program nuklir Iran dan uji coba nuklir Korea Utara.

Pada konferensi tinjauan terakhir pada tahun 2015, para pihak juga tidak dapat mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah substantif.

Review conference yang dijadwalkan digelar pada 2020 sempat tertunda karena masalah pandemi COVID-19.

Pada pembukaan konferensi tahun ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia menghadapi bahaya nuklir yang tidak terlihat sejak puncak perang dingin.

Baca Juga: Rusia Menuduh Ukraina 'Terorisme Kimia' karena Menggunakan Racun Berbahaya

“Hari ini, umat manusia hanyalah satu kesalahpahaman, satu kesalahan perhitungan jauh dari pemusnahan nuklir,” ujar Guterres.

Tak hanya itu, Adam Scheinman selaku perwakilan khusus AS untuk nonproliferasi nuklir mencatat rancangan akhir tidak pernah menyebutkan nama Rusia dan dia mengatakan itu mengecilkan situasi di pabrik Zaporizhzhia.

“Rusia adalah alasan kami tidak memiliki konsensus hari ini, perubahan menit terakhir yang dicari Rusia bukanlah karakter kecil. Mereka dimaksudkan untuk melindungi niat jelas Rusia untuk menghapus Ukraina dari peta," ujar Adam dalam salah satu awak media.***

 

 

Editor: Herry Iswandi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler