Ternyata Pernikahan Khadijah dengan Nabi Muhammad Berawal Dari Sini, Sangat Menakjubkan

7 Desember 2021, 18:46 WIB
Ilustrasi foto kota di Arab Saudi. /PIXABAY/dinar_aulia

WARTA LOMBOK – Dalam banyak kitab Sirah Nabawiyah banyak disebut-sebut bahwa pernikahan Nabi SAW dengan Khadijah ini diawali dari kerjasama bisnis.

Jadi bukan semata-mata Khadijah mencari pendamping hidup dan calon suami. Awalnya terjadi tanpa niat untuk hal-hal seperti itu. Dua pernikahan sebelumnya sudah cukup bagi Khadijah. Namun ketika Allah SWT menggariskan hal yang lain, tentu saja bukan berarti harus ditolak.

Dikutip wartalombok.com dari buku Khadijah al-Kubra, sepeninggal dua suaminya, Khadijah meneruskan usaha bisnis keluarga. Ternyata bisnisnya malah berkembang dan semakin maju. Jadilah Khadijah sosok wanita pebisnis bermodal kuat yang dengan ruang lingkup bisnis yang cukup besar.

Baca Juga: Jarang yang Tau, Berikut Profil Khadijatul Kubra, Ternyata Ini Suaminya Sebelum Rasulullah

Bahkan Khadijah terbiasa membantu sesama pengusaha untuk bisa ikut maju. Salah satunya dengan meminjamkan modal berdagang buat para saudagar Mekkah. Kala itu sudah lazim akad pinjam meminjam, dimana pengembaliannya harus dengan tambahan alias bunga.

Namun hal itu wajar dan tidak jadi masalah, karena sudah jadi kebiasaan dalam bisnis, yaitu pinjam modal buat usaha lalu waktu pengembaliannya harus dengan tambahan.

Hanya saja yang jadi sasaran kritik apabila usaha seseorang sedang tidak baik, tidak untung malah rugi, baik karena faktor alam, dirampok di jalan, bencana, dan lainnya, maka penyelesaiannya agak kurang manusiawi.

Pedagang tetap diharuskan bayar hutang itu tanpa pertimbangan. Jadi orang sudah rugi lalu dizhalimi pula. Kalau sudah begini, maka ujung-ujungnya bermuara kepada perbudakan. Karena terlilit hutang yang hanya bisa dibayar dengan harga dirinya, alias jadi budak.

Konon Nabi SAW saat itu masih termasuk meniti karir jadi pedagang, yang butuh suntikan modal sebagaimana umumnya saudagar lainnya. Maka beliau pasti butuh pihak yang mau meminjamkan modal seperti Khadijah. Dan nyaris semua pedagang juga butuh peranan Kadijah.

Baca Juga: Hari Pernikahan dan Waktu Senggama yang Dianjurkan Menurut Kitab Qurratul Uyun

Baca Juga: Posisi Senggama dan Tata Krama yang Sehat Dalam Islam, yang Terakhir Paling Dilarang (Bagian 6)

Lalu bagaimana Khadijah bisa tertarik menikah dengan Beliau? Ada beberapa analisa, antara lain para saudagar itu biasanya pria-pria mapan yang sudah berkecukupan ekonominya. Dan pastinya pria mapan itu sudah beristri. Bahkan sesuai adat kebiasaan kala itu, istri tidak cukup satu tapi bisa puluhan jumlahnya.

Wajar kalau harus memilih, Khadijah akan memilih laki-laki yang masih single, alias tidak beristri. Sehingga akan jadi istri satu-satunya yang disayangi.

Ada dua tipe laki-laki yang tidak beristri, yaitu duda atau perjaka. Kalau disuruh memilih, tentu saja perjaka lebih dipilih ketimbang duda. Apalagi duda banyak anak dan cucu, urusannya bisa panjang karena rebutan warisan.

Jadi sangat manusiawi buat Khadijah untuk menikah lagi, karena hidup jadi wanita janda sebatang kara itu tidak mudah, bahkan untuk ukuran zaman segitu.

Dan kalau menikah dan cari suami, amat wajar dan masuk akal kalau beliau lebih memilih yang single ketimbang yang sudah beristri. Dan kalau pilihannya single duda atau single perjaka, masuk akal sekali kalau yang perjaka itulah yang dipilih. Ini baru logika dasarnya, sebelum mempertimbangkan faktor realita orangnya.

Bicara sosok orang yang dipilih Khadijah, wajar kalau Beliau memilih calon suami yang merupakan pengusaha juga, biar jelas kemapanannya.

Sudah perjaka, masih muda, tanpa istri dan ini yang paling penting mapan pula, lengkaplah kriterianya. Segitu saja seharusnya sudah cukup alasan buat Khadijah menikah dengan Muhammad. Tapi kita menemukan banyak bonus-bonus lainnya.

Pinjaman modal dari Khadijah yang diusulkan Muhammad itu unik, kita di zaman sekarang menyebutnya sebagai pinjaman bebas riba.

Baca Juga: Posisi Senggama dan Tata Krama yang Sehat Dalam Islam, yang Terakhir Paling Dilarang (Bagian 5)

Sebenarnya sistemnya bukan pinjam uang atau pinjam modal, tapi join kerjasama bagi hasil. Muhammad bermodal otak dan tenaganya dan Khadijah bermodal dananya. Lalu bisnis itu milik berdua, bukan milik Muhammad saja atau milik Khadijah saja. Maka kalau untung dibagi dua dan kalau rugi pun ditanggung bersama.

Mungkin buat ukuran dizaman modern sekarang, model seperti itu biasa-biasa saja. Namun untuk ukuran dimasa mereka, ini model bisnis yang masih asing. Setidaknya join usaha di masa itu masih dianggap aneh. Dan di masa kini pun aneh juga, kecuali memang ada saling kepercayaan yang lebih.

Dan memang dalam hal ini Muhammad punya modal yang jarang dimiliki orang lain yaitu beliau bergelar Al-Amin yaitu orang yang sangat dipercaya.

Nabi Muhammad SAW memang sejak masih muda sudah dikenal sebagai orang yang jujur dan amanah. Beliau secara resmi dan tanpa perdebatan diberi gelar Al-Amin yaitu orang yang paling dipercaya.

Bersikap jujur dan amanah ini memang sudah bawaan sejak lahir, sehingga menjadi akhlaq yang berurat dan berakar, sehingga tidak bisa dipisahan dari jati dirinya.

Maka ketika berdagang atau berbisnis, sikap jujur dan amanah ini pula yang menjadi modalnya. Bukan bermodal uang, juga tidak bermodal warisan tujuh turunan, melainkan modal kejujuran dan amanah. Dimasa yang mana modal kejujuran dan amanah ini yang mahal harganya, jarang-jarang ditemukan.

Sikap jujur dan amanah inilah sifat yang banyak dicari orang, khususnya dalam dunia usaha yang sifatnya berpartner. Tidak ada sikap yang lebih menyakitkan dari pada dikhianati oleh rekan bisnis sendiri. Semoga bermanfaat.***

Editor: Muhamad Ilham

Sumber: Buku Khadijah Al-Kubra radiyallahuanha

Tags

Terkini

Terpopuler