Karena berbagai kesulitan itu lanjut Mahfud akhirnya tampak hikmah dari pandemik, dengan munculnya kreativitas dari masyarakat, yang didukung oleh pemerintah. Produk masker, APD, obat dari dalam negeri dan kreativitas di bidang ekonomi lainnya hadir ikut menangani dampak pandemik.
Kemudian, di bidang pendidikan, menurutnya muncul ide belajar virtual yang dapat diterapkan bahkan bukan hanya pada saat pandemik saja, meskipun awalnya dirasa cukup menyusahkan.
"Kelas jarak jauh dulu dilarang pemerintah. Karena pandemik, kita bisa mengikuti tuntutan perkembangan dengan kreasi yang baru," tutur-nya.
Hikmah selanjutnya kata dia juga muncul di bidang birokrasi penataan keuangan. Mahfud mencontohkan sebelumnya, kementerian dan lembaga amat susah mengeluarkan uang atau anggaran, karena terlampau banyak aturan.
Pemerintah bisa salah kalau tidak segera mengeluarkan anggaran, tetapi juga bahaya kalau anggaran dikeluarkan sembarangan.
"Akhirnya dibuat lah aturan yang lebih substantif, bukan formalistik, sekarang tidak perlu pakai materai. Sekarang bantuan langsung tunai dikirim langsung ke rekening. Ini variasi yang bagus," ujarnya.
Selain itu, kondisi pandemik juga memunculkan efisiensi birokrasi lainnya seperti kemudahan melakukan rapat-rapat teknis yang tidak perlu menghabiskan banyak anggaran.
"Keputusan nasional bisa dilakukan dengan virtual. Rapat dengan birokrasi di daerah manapun. Dua jam masalah nasional selesai, tanpa perlu ada dari daerah membawa banyak macam staf ke Jakarta," ucap-nya.
Soal upaya penanganan COVID-19, Mahfud MD juga tidak lupa mengajak seluruh masyarakat agar tetap mematuhi aturan pemerintah dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.