Tranplantasi Tinja Bisa Digunakan Sebagai Pengobatan Kanker, dan Diabetes Tipe 2 Berdasarkan Penelitian

- 6 Februari 2021, 20:33 WIB
Ilustrasi/ Hasil penelitian mengungkapkan bahwa transplantasi tinja (feses) bisa digunakan untuk melawan kanker dan diabetes tipe 2
Ilustrasi/ Hasil penelitian mengungkapkan bahwa transplantasi tinja (feses) bisa digunakan untuk melawan kanker dan diabetes tipe 2 /Pixabay/scotth23

Beberapa peneliti berteori bahwa pengaturan ulang mikrobioma usus pasien ini juga akan membuat tumor ini menjadi rentan terhadap imunoterapi. 

“Terapi kanker seringkali mengandalkan stimulasi respon imun anti tumor, meningkatkan kemungkinan bahwa mikrobiota usus dapat mempengaruhi respon pengatur terhadap terapi kanker melalui sistem imun,” ujar Giorgio Trinchieri, kepala Laboratory of Integrative Cancer Immunology di NCI's Center untuk Cancer Research seperti dilansir Warta Lombok.com dari Gizmodo. 

Baca Juga: Manfaat Tidur Siang Terbukti Baik Untuk Kesehatan, Diantaranya Mengurangi Ketegangan Fisik dan Mental

Peneliti UPMC merawat 15 pasien dengan melanoma stadium lanjut, paling mematikan dari kanker kulit. 

Pasien ini menerima transplantasi dari pasien lain dengan melanoma stadium lanjut yang telah merespon terapi. Setelah itu, enam dari 15 pasien mulai merespons pengobatan. 

Pada satu pasien, tumor pada pasien terus menyusut selama lebih dari dua tahun dan semakin menyusut, sementara empat lainnya kankernya sudah stabil, tanpa tanda-tanda perkembangan penyakit selama setidaknya lebih dari setahun. 

“Pada pasien ini, tumor berkembang pesat dan harapan hidup pendek,” kata Trinchieri. 

“Penyakit yang stabil dan penyusutan tumor akan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelangsungan hidup dan kualitas hidup pasien dan dapat mengakibatkan kelangsungan hidup jangka panjang dan, dalam beberapa kasus, menyembuhkan", jelasnya. 

Baik mikrobioma usus dan sistem kekebalan pasien ini juga menunjukkan tanda-tanda perubahan yang menguntungkan setelah transplantasi sehingga memungkinkan respons yang lebih baik terhadap terapi dan transplantasi itu sendiri dapat ditoleransi dengan baik. 

Meskipun imunoterapi kemungkinan besar menyebabkan efek samping ringan pada beberapa pasien, termasuk kelelahan. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science, Kamis 4 Februari 2021. 

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: Gizmodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah