WARTA LOMBOK - Sebuah pelajaran penting dialami raja Harun al-Rasyid ketika ia menunaikan ibadah haji.
Salah satu pemimpin Abbasyiyah pada abad ketujuh ini sempat dibuat jengkel oleh tingkah seorang pemuda kampung (A’rabi atau Badui).
Pemuda berpenampilan sederhana dan lebih mirip dengan budak sahaya itu selalu mendahului raja Harun al-Rasyid.
Baca Juga: UAS akan Safari Dakwah di Lombok, Berikut Jadwal Kegiatannya Selama Berada di Pulau Seribu Masjid
Padahal, sebelumnya sang raja telah memberikan peringatan bahwa selama ia melakukan ibadah haji, tidak boleh ada seorang pun yang mendahuluinya.
Pengawal raja dengan sigap langsung melarang orang yang berpakaian sederhana itu, namun dengan tenang ia menjawab, bahwa Allah tidak membedakan derajat seorang raja dan rakyat di tempat itu.
Kemudian ia membacakan ayat Al Quran yang berbunyi,
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِيْ جَعَلْنٰهُلِلنَّاسِ سَوَاۤءً ۨالْعَاكِفُ فِيْهِ وَالْبَادِۗ وَمَنْ يُّرِدْ فِيْهِ بِاِلْحَادٍۢ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِعَذَابٍ اَلِيْمٍ
"Sungguh, orang-orang kafir dan yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan dari Masjidil Haram yang telah Kami jadikan terbuka untuk semua manusia, baik yang bermukim di sana maupun yang datang dari luar dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksa yang pedih." (QS Al-Hajj [22]: 25).