Untuk itu, pihaknya menargetkan angka konsumsi beras menurun hingga berada pada posisi 90 kg per kapita per tahun, dari angka saat ini yaitu 120 kilogram per kapita per tahun.
"Caranya dengan kita mengarahkan masyarakat secara perlahan-lahan untuk mengganti makan beras atau nasi dengan non beras. Apalagi kalangan paruh baya, lansia dan orang dewasa itu sudah harus beralih ke nonberas. Sebab konsumsi terlalu banyak beras kurang baik bagi kesehatan," jelas Fathul.
Baca Juga: Ulang Tahun Jokowi ke-60 Tanpa Perayaan Spesial
Upaya dilakukan melalui gerakan mengoptimalkan lahan atau pekarangan sebagai lokasi menanam bahan makanan pengganti beras. Contohnya, talas, umbi-umbian, jagung, dan ubi jalar.
"Banyak sekali makanan selain beras seperti jagung, talas, umbi-umbian, sagu sebagai pengganti beras. Apalagi sagu ini kita sedang kembangkan. Ini kita olah sedemikian rupa sehingga cita rasanya tidak kalah dengan produk lain," katanya.***