Kulliye: Dari Masjid Bertransformasi Menjadi Pusat Kota, Tongkrongan Favorit para Warga

25 Juli 2023, 09:20 WIB
Gambar ilustrasi Kulliye /Tangkapan Layar Instagram.com/@islamichistories

WARTA LOMBOK – Ketika hendak pergi nongkrong, banyak dari kita pasti memilih tempat-tempat seperti warung, kafe, angkringan, tepi pantai, taman kota, dan lain-lain. Namun ternyata di Kulliye berbeda. Bukan pada tempat-tempat yang disebutkan di atas, melainkan menjadikan masjid sebagai alternatif pilihan tempat nongkrong favorit warga.

 

Pada umumnya, masjid merupakan suatu bangunan yang dijadikan sebagai tempat salat (ibadah) umat Islam. Tetapi di Kulliye, fungsi masjid tidak hanya sebatas itu. Di Kulliye, masjid yang dibangun sangat multifungsi, mulai dari fungsi sosial, politik, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.

Kulliye ini berada di masa Turki Usmani. Mereka telah berhasil mengembangkan masjid sehingga bertransformasi menjadi pusat kota. Sebab, fungsi masjid di Kulliye telah berhasil dikembangkan dan tidak menjadikan masjid hanya sebatas tempat untuk salat belaka.

Baca Juga: Masa Aksi Pulau Seribu Masjid Menggugat Seruduk Polda NTB, Kabag Bin Ops: Janji 1 Minggu akan Ditindaklanjuti

Dikutip Wartalombok.com dari postingan akun Instagram @islamichistories pada Senin, 24 Juli 2023. Berikut ini akan diulas proses masjid di Kulliye yang bertransformasi menjadi pusat kota dan menjadi tempat nongkrong favorit warga.

Masjid Rasa Pusat Kota

Dalam sejarah peradaban Islam, di Kulliye masjid begitu asik dan keren sampai dijadikan alternatif tempat kumpul-kumpul warga. Sebab masjid di Kulliye fungsinya bukan hanya untuk salat saja, melainkan sebagai tempat bersosial, menempa pendidikan, mengatur strategi (politik), bahkan tempat pengembangan ekonomi warga, sehingga wajar jika dijadikan sebagai tempat nongkrong favorit warga.

Kulliye sendiri merupakan sebuah komplek yang sangat luas, dimana di tempat tersebut dibangun sebuah masjid yang menjadi pusatnya. Lalu di sekeliling masjid tersebut dibangun hotel gratis, pasar, universitas, perpustakaan, tempat makan gratis, dan masih banyak lagi fasilitas yang tersedia untuk warga Kulliye.

Baca Juga: Aksi Protes Keras Dari Pulau Seribu Masjid Menggugat: Tangkap dan Adili Panji Gumilang Penista Agama...

Praktik dari Konsep Zakat dan Wakaf

Banyak dari kita yang mungkin sudah mengetahui apa itu ZISWAF. ZISWAF merupakan singkatan dari Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf. Yang menjadi pertanyaan di sini, bagaimana praktik ZISWAF tersebut di masa Turki Usmani?

Tanpa disangka, orang-orang Turki Usmani ternyata memiliki ide yang sangat brilian saat itu. Supaya mudah dijangkau orang, akhirnya dibuatlah Kulliye. Di Kulliye tersebut akan dibangun masjid, dan di sekelilingnya dibuatkan tempat tinggal dan toko-toko. Selain itu, perpustakaan dan fasilitas lain juga akan dibangun di sekitar masjid.

Jadi, orang-orang yang membutuhkan tinggal datang ke Kulliye dan mengisi perut mereka yang sedang lapar. Merek tidak perlu sampai menghinakan diri meminta-minta ke orang lain. Hal ini dilakukan guna menjaga kehormatan mereka. Sementara itu, warga juga bisa kumpul-kumpul atau nongkrong di Kulliye, entah sekedar buat jalan-jalan atau ketemu rekan bisnis.

Baca Juga: Segera! Berikut link download banner gratis Idul Adha 1444 H: Bisa jadi spanduk Solat Id atau Qurban Masjid...

Traffic Melimpah

Coba untuk ingat-ingat kembali pelajaran ekonomi yang pernah dipelajari dulu. Apakah hal terpenting untuk berjualan? Jawabannya adalah traffic atau kumpulan orang. Dimana ada kumpulan orang, pasti para penjual akan berkumpul di sana untuk jualan.

Begitu juga yang terjadi di Kulliye. Fasilitas Kulliye mengundang banyak sekali orang untuk berdatangan. Para pelajar, datang ke Kulliye untuk belajar. Para pebisnis, datang ke Kulliye untuk berjualan. Orang sakit, datang untuk berobat. Para traveller, datang untuk tinggal di hotel Kulliye.

Ada juga warga yang berdatangan hanya untuk sekedar jalan-jalan. Anak-anak datang ke Kulliye untuk bermain berlarian. Orang yang membutuhkan, datang ke sana untuk sekedar menghilangkan rasa lapar. Sedangkan para ulama pun datang untuk berdiskusi.

Ketika azan berkumandang, saking dekatnya mereka bahkan bisa sambil ‘ngesot’ untuk ke masjid. Sehingga masjid di Kulliye benar-benar menjadi sangat semarak.

Baca Juga: Menelusuri Sejarah Masjid Padang Betua yang Terbuat dari Atap Rumbia dan Bambu

Urat Nadi Kota

Pengembangan yang dilakukan oleh Turki Usmani berdampak sangat luar biasa. Pertama, masjid menjadi pusat perkembangan kota. Dan kedua, Kulliye menjadi saluran ekonomi kota. Untuk menjalankan Kulliye, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Maka, terjadilah perputaran ekonomi yang sangat cepat di Kulliye. Traffic makin banyak, transaksi uang jadi berlipat-lipat, sementara masjid menjadi sangat semarak oleh kegiatan.

Banyak kota-kota yang dibangun dengan konsep seperti ini, seperti Bursa dan Istanbul. Bahkan, Eropa juga sebenarnya merasakan konsep Kulliye diterapkan di kota-kota.

Baca Juga: Tahukah Kamu? Sejarah Masjid Batu atau Masjid Ikhsaniyah yang Ada di Jambi

Manfaat untuk Eropa

Daerah Tatarpazarcik di Bulgaria misalnya, tumbuh sebagai salah satu pusat perdagangan di Eropa Tenggara dengan dibangunkan Kulliye di sana oleh Minnet Bey, seorang penguasa yang ditunjuk oleh Sultan Usmani untuk mengelola kawasan itu.

Hal tersebut juga terjadi di Bosnia. Isa Bey, seorang pejabat Turki Usmani pada pertengahan abad ke-15 mendirikan Kulliye di salah satu kawasan di sana. Kawasan Kulliye itu berkembang pesat, masjid semarak dan jadi pusat ekonomi kota. Kemudian Kulliye di sana berkembang menjadi sebuah kota yang masih ada hingga kini, yang bernama Sarajevo.

Insight

Alhamdulillah, masjid-masjid di Indonesia saat ini sudah mulai berkembang. Tidak hanya jadi tempat salat, tapi juga jadi pusat kegiatan. Yang paling terkenal mungkin masjid Jogokariyan di Jogja atau masjid Daarut Tauhid di Bandung.

Itu merupakan masjid-masjid yang jadi pusat ekonomi, sosial, dan kegiatan masyarakat sekitar. Secara harfiah, masjid akan benar-benar menjadi pusat ekonomi dan jadi tempat nongkrong yang asik.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Masjid Jami Muntok, Masjid yang di Bangun Pada Bulan Muharram Ratusan Tahun Lalu

Namun, kalau melihat inspirasi dari Turki Usmani, it’s another level. Saat itu, masjid bahkan jadi pemicu berdirinya sebuah kota dan pusat ekonomi sebuah kota.***

Editor: Mamiq Alki

Sumber: Instagram @islamichistories

Tags

Terkini

Terpopuler