Mengulik Perkembangan Pendidikan di Indonesia Lewat Buku “Orang Miskin Dilarang Sekolah”

- 27 Desember 2020, 17:50 WIB
FOTO ilustrasi orang miskin.*
FOTO ilustrasi orang miskin.* /Jimmy Chan /Pexels

mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak; dan memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak.

Kegiatan Seri Diskusi Pendidikan Murah diawali dengan penjelasan dari penulis mengenai latar belakang terbitnya buku “Orang Miskin Dilarang Sekolah”.

Baca Juga: Sosial Budaya Sebagai Penunjang Pendidikan Nasional

Penulis memaparkan bahwa buku ini lahir ketika terjadi pertarungan politik antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Indonesia, dengan Megawati, Presiden ke-5 Indonesia, pada masa Pilpres 2004.

Dialog kemudian dilanjutkan dengan moderator menanyakan masih relevankah permasalahan dalam buku tersebut pada pendidikan saat ini.

Alumni dari UII tersebut mengungkapkan bahwa permasalahan terbesar dari pendidikan di Indonesia adalah tingkat akses. Hingga saat ini, akses pendidikan bagi orang miskin di Indonesia masih tergolong sulit.

Baca Juga: Gerakan Literasi Masyarakat

Selanjutnya, Eko Prasetyo menyoroti terpilihnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurutnya, Nadiem dipilih bukan karena faktor sebagai pendidik ataupun yang mempunyai ide dalam pendidikan, melainkan faktor dirinya yang merupakan pemilik perusahaan Gojek.

“Gojek sendiri membuat semua hal menjadi lebih mudah dan efektif. Nampaknya hal itu yang menjadi dasar filosofi agar membuat pendidikan menjadi lebih mudah dan efektif,” ungkapnya.

Hal tersebut senada dengan analogi yang sering diutarakan Nadiem bahwa anak sekolah harus belajar dengan cara yang berbeda-beda, seperti seorang perenang menggunakan berbagai gaya dalam berenang.

Halaman:

Editor: LU Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah