Ada juga warga yang berdatangan hanya untuk sekedar jalan-jalan. Anak-anak datang ke Kulliye untuk bermain berlarian. Orang yang membutuhkan, datang ke sana untuk sekedar menghilangkan rasa lapar. Sedangkan para ulama pun datang untuk berdiskusi.
Ketika azan berkumandang, saking dekatnya mereka bahkan bisa sambil ‘ngesot’ untuk ke masjid. Sehingga masjid di Kulliye benar-benar menjadi sangat semarak.
Baca Juga: Menelusuri Sejarah Masjid Padang Betua yang Terbuat dari Atap Rumbia dan Bambu
Urat Nadi Kota
Pengembangan yang dilakukan oleh Turki Usmani berdampak sangat luar biasa. Pertama, masjid menjadi pusat perkembangan kota. Dan kedua, Kulliye menjadi saluran ekonomi kota. Untuk menjalankan Kulliye, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Maka, terjadilah perputaran ekonomi yang sangat cepat di Kulliye. Traffic makin banyak, transaksi uang jadi berlipat-lipat, sementara masjid menjadi sangat semarak oleh kegiatan.
Banyak kota-kota yang dibangun dengan konsep seperti ini, seperti Bursa dan Istanbul. Bahkan, Eropa juga sebenarnya merasakan konsep Kulliye diterapkan di kota-kota.
Baca Juga: Tahukah Kamu? Sejarah Masjid Batu atau Masjid Ikhsaniyah yang Ada di Jambi
Manfaat untuk Eropa
Daerah Tatarpazarcik di Bulgaria misalnya, tumbuh sebagai salah satu pusat perdagangan di Eropa Tenggara dengan dibangunkan Kulliye di sana oleh Minnet Bey, seorang penguasa yang ditunjuk oleh Sultan Usmani untuk mengelola kawasan itu.