Klaim Palsu Yahudi atas Tanah Palestina, Berikut Sejarahnya

- 11 Juni 2021, 12:40 WIB
Sejumlah bukti sejarah mengungkapkan klaim palsu bangsa Yahudi atas tanah Palestina.
Sejumlah bukti sejarah mengungkapkan klaim palsu bangsa Yahudi atas tanah Palestina. /Pexels/Haley Black

Kedua, pada peristiwa Deklarasi Balfour pada 1917. Perjanjian ini menjanjikan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina melalui gerakan Zionisme.

Di bawah payung legitimasi Perjanjian Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour tersebut, warga Yahudi di Eropa mulai bermigrasi ke Palestina pada 1918.

Pada awal 1930-an, Gerakan Zionisme di Palestina mendapat persetujuan pemerintah protektorat (pengontrol) Inggris untuk memasukkan imigran Yahudi ke Palestina secara besar-besaran. Reaksi rakyat Palestina saat itu tegas. Mereka akhirnya melakukan mogok total pada 1936.

Namun, negara-negara Arab, atas permintaan Inggris, membujuk pemimpin spiritual Palestina, Muhammad Amien Huseini agar menginstruksikan kepada rakyat Palestina supaya mengakhiri aksi mogoknya.

Sebagai imbalan, Inggris menjanjikan bakal menyelesaikan masalah Palestina bila Amien bersedia membantu menghentikan aksi mogok total rakyat Palestina.

Baca Juga: Inilah Bedanya Pendapat Ulama Qiraat, Fiqih dan Hadits

Dengan jaminan Inggris dan atas nama solidaritas negara Arab, Amien Huseini memenuhi permintaan Inggris dan aksi mogok pun berakhir.

Kemudian, Pemerintah Inggris bersama delegasi Palestina mengadakan kongres pada 1946-1947. Namun sayangnya kongres tersebut tidak menghasilkan keputusan apa-apa tentang Palestina.

Pada 1947, PBB menyetujui pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu negara Yahudi dan satu negara Arab. Lantas pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya.

Kemerdekaan Israel membuat 700 ribu warga Arab-Palestina terpaksa mengungsi. Mereka hingga saat ini masih tinggal di Lebanon, Suriah dan Yordania.

Halaman:

Editor: Herry Iswandi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah